Bitung – Struktur permukaan tanah Kota Bitung yang labil karena didominasi pasir dianggap menjadi ancaman terhadap warga. Ditambah lagi dengan makin menjamurnya pembangunan perumahan disepanjang kaki Gunung Dua Sudara yang kian menambah potensi banjir bandang pasir terjadi.
Lebih memiriskan lagi, sejumlah lokasi perumahan yang dibangun developer tak mengukuti kajian lingkungan yang telah dianjurkan Dinas Tata Ruang Kota Bitung sebelum melakukan pembangunan. Ini terbukti dari sejumlah lokasi perumahan yang berada di aliran air dan tak memiliki instalasi drainase yang bisa membendung volume air bersampur pasir kala hujan.
“Setiap ada pengembang yang melakukan pengurusan IMB kita selalu menganjurkan untuk menyiapkan resapan. Terutama wilayah yang ada di sepanjang Jalan SH Sarundajang atau jalan 46,” kata Kabid Perencanaan Dinas Tata Ruang Kota Bitung, Jefrie Nelwan beberapa waktu lalu.
Namun sayangya, anjuran itu kata Nelwan tak satupun developer yang mengindahkannya. Itu terbukti dari 71 perumahan yan berada ada di Kota Bitung, tak satupun yang mengikuti permintaan untuk menyiapkan resapan atau ruang terbuka hijau.
“Padahal salah satu ketentuan penting ketika akan mengurus ijin adalah pihak developer harus menyiapkan minimal 30% lahan untuk resapan dari total lahan yang akan dibangun,” katanya.
Menanggapi soal ancaman banjir bandang pasir, LSM Lembeh Bersatu, Muzaqir Boven meminta warga untuk selalu waspada. Karena menurutnya, masalah banjir bandang pasir bukan hanya wacana belaka untuk menakut-nakuti warga tapi benar-benar bisa terjadi kapan saja tanpa disadari.
“Contohnya, hujan hanya 30 menit saja, bahu jalan di Kota Bitung pasti tertutup pasir yang terbawa air. Belum lagi yang ada di selokan kala hujan, jadi saya pikir tingga menunggu waktu saja bencana itu terjadi,” kata Boven.
Ditambah lagi kata dia, deretan kompleks perumahan di sepanjang kaki Gunung Dua Sudara makin menambah potensi banjir bandang pasir terjadi. Kerena lahan untuk menyerap air agar tak membawa pasir ke wilayah pemukiman kian kurang akibat pembanguna pemukiman.
“Ini harus segera diantisipasi sebelum bencana banjir bandang pasir itu betul-betul terjadi,” katanya.(abinenobm)
Bitung – Struktur permukaan tanah Kota Bitung yang labil karena didominasi pasir dianggap menjadi ancaman terhadap warga. Ditambah lagi dengan makin menjamurnya pembangunan perumahan disepanjang kaki Gunung Dua Sudara yang kian menambah potensi banjir bandang pasir terjadi.
Lebih memiriskan lagi, sejumlah lokasi perumahan yang dibangun developer tak mengukuti kajian lingkungan yang telah dianjurkan Dinas Tata Ruang Kota Bitung sebelum melakukan pembangunan. Ini terbukti dari sejumlah lokasi perumahan yang berada di aliran air dan tak memiliki instalasi drainase yang bisa membendung volume air bersampur pasir kala hujan.
“Setiap ada pengembang yang melakukan pengurusan IMB kita selalu menganjurkan untuk menyiapkan resapan. Terutama wilayah yang ada di sepanjang Jalan SH Sarundajang atau jalan 46,” kata Kabid Perencanaan Dinas Tata Ruang Kota Bitung, Jefrie Nelwan beberapa waktu lalu.
Namun sayangya, anjuran itu kata Nelwan tak satupun developer yang mengindahkannya. Itu terbukti dari 71 perumahan yan berada ada di Kota Bitung, tak satupun yang mengikuti permintaan untuk menyiapkan resapan atau ruang terbuka hijau.
“Padahal salah satu ketentuan penting ketika akan mengurus ijin adalah pihak developer harus menyiapkan minimal 30% lahan untuk resapan dari total lahan yang akan dibangun,” katanya.
Menanggapi soal ancaman banjir bandang pasir, LSM Lembeh Bersatu, Muzaqir Boven meminta warga untuk selalu waspada. Karena menurutnya, masalah banjir bandang pasir bukan hanya wacana belaka untuk menakut-nakuti warga tapi benar-benar bisa terjadi kapan saja tanpa disadari.
“Contohnya, hujan hanya 30 menit saja, bahu jalan di Kota Bitung pasti tertutup pasir yang terbawa air. Belum lagi yang ada di selokan kala hujan, jadi saya pikir tingga menunggu waktu saja bencana itu terjadi,” kata Boven.
Ditambah lagi kata dia, deretan kompleks perumahan di sepanjang kaki Gunung Dua Sudara makin menambah potensi banjir bandang pasir terjadi. Kerena lahan untuk menyerap air agar tak membawa pasir ke wilayah pemukiman kian kurang akibat pembanguna pemukiman.
“Ini harus segera diantisipasi sebelum bencana banjir bandang pasir itu betul-betul terjadi,” katanya.(abinenobm)