Melihat aksi ayam jantan di arena pertarungan atau kontes sudah tidak asing lagi di mata dan telinga masyarakat saat melihat maupun mendengar kabar seperti itu. Namun yang satu ini sungguh sangat diluar daripada biasanya. Dari jalan raya di belakang Korem 131 Santiago (Jl. Sarapung) Kelurahan Wenanang Utara Manado, ayam ini perlahan melompat ke sebuah pohon. Dari ranting – rantingnya, ayam tersebut melompat dan melompat terus hingga mencapai puncak tiang listrik.
Sepintas melihat gambar ini, pasti sebagian besar orang beranggapan bahwa ini adalah sebuah rekayasa. Anggapan tersebut tidak salah. Pasalnya, telur dari induk itik Peking diletakkan di tempat yang biasa diduduki ayam tersebut untuk dierami. Percobaan ini sering dilakukan oleh peternak Itik di Langowan. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya listrik jika harus memakai atau menggunakan mesin penetasan.
Mungkinkah seekor anjing jantan dan ayam jantan bermain atau ‘bakusedu’ kata orang Manado? Tidak masuk akal adalah pendapat kebanyakan orang. Namun percaya atau tidak, itulah yang terjadi dengan dua hewan peliharaan milik Rendy Kountur, warga Desa Walantakan Kecamatan Langowan Utara. Kesehariannya, anjing dan ayam tersebut sering terlihat bermain – main seperti hendak berkelahi. Ditanya siapa pemenangnya jika memang benar mereka berkelahi, tentu anjing jawabannya. Tapi kenyataannya tidak demikian.
‘Cilaka Mujur’. Itulah yang dikatakan warga Desa Talikuran Sonder terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi tanggal 23 Januari 2013 silam. Bagaimana tidak, di sebuah tikungan tajam, kendaraan jenis truk yang membawa muatan penuh bahan – bahan bangunan sama sekali tidak terbalik. Truk tersebut berada pada posisi seperti pesawat yang hendak tinggal landas. Sang sopir (baju coklat) pun langsung melonpat keluar dari pintu. Dibantu oleh masyarakat, kendaraan tersebut akhirnya bisa kembali ke posisi semula.
Benar nasihat guru dan orang – orang sukses. Belajar dari karakter semut sebagai sala satu hewan terkecil adalah cara bijaksana seseorang jika ingin mencapai kesuksesan dalam berbagai profesi. Budaya antri, gotong royong, dan memberi salam saat berjumpa satu sama lain, adalah tiga dari sekian banyak karakter semut. Bahkan di sekolah – sekola pun seorang guru sering memberikan pandangan hidup kepada anak didiknya dengan menggunakan filosofi semut.
Bertubuh mungil ternyata tak jadi penghambat dari seorang siswa SMK N 2 Manado (STM Pomorow) bernama Muhammad Rifky. Menekuni jurusan teknik audio video, Rifky ternyata merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolah tersebut, sampai – sampai menurut wali kelasnya, ia pernah mendapatkan beasiswa. Saat ini Rifky yang sering jadi pelampiasan rasa gemes dari teman – teman perempuannya ini sudah menyelesaikan studi dan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Sekilas melihat lelaki yang sering mangkal di emperan pertokoan kompleks Taman Kesatuan Bangsa Manado ini adalah seorang pengemis. Namun kenyataannya tidak demikian. Jika tidak ada halangan, warga Tondano ini datang ke Manado setiap subuh dengan menumpang bus angkutan umum dari Terminal Tondano sampai Karombasan. Ia sadar bahwa mengulurkan tangan akan membuatnya sama dengan pengemis. Ia hanya menanti uluran tangan orang lain.
Melihat aksi ayam jantan di arena pertarungan atau kontes sudah tidak asing lagi di mata dan telinga masyarakat saat melihat maupun mendengar kabar seperti itu. Namun yang satu ini sungguh sangat diluar daripada biasanya. Dari jalan raya di belakang Korem 131 Santiago (Jl. Sarapung) Kelurahan Wenanang Utara Manado, ayam ini perlahan melompat ke sebuah pohon. Dari ranting – rantingnya, ayam tersebut melompat dan melompat terus hingga mencapai puncak tiang listrik.
Sepintas melihat gambar ini, pasti sebagian besar orang beranggapan bahwa ini adalah sebuah rekayasa. Anggapan tersebut tidak salah. Pasalnya, telur dari induk itik Peking diletakkan di tempat yang biasa diduduki ayam tersebut untuk dierami. Percobaan ini sering dilakukan oleh peternak Itik di Langowan. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya listrik jika harus memakai atau menggunakan mesin penetasan.
Mungkinkah seekor anjing jantan dan ayam jantan bermain atau ‘bakusedu’ kata orang Manado? Tidak masuk akal adalah pendapat kebanyakan orang. Namun percaya atau tidak, itulah yang terjadi dengan dua hewan peliharaan milik Rendy Kountur, warga Desa Walantakan Kecamatan Langowan Utara. Kesehariannya, anjing dan ayam tersebut sering terlihat bermain – main seperti hendak berkelahi. Ditanya siapa pemenangnya jika memang benar mereka berkelahi, tentu anjing jawabannya. Tapi kenyataannya tidak demikian.
‘Cilaka Mujur’. Itulah yang dikatakan warga Desa Talikuran Sonder terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi tanggal 23 Januari 2013 silam. Bagaimana tidak, di sebuah tikungan tajam, kendaraan jenis truk yang membawa muatan penuh bahan – bahan bangunan sama sekali tidak terbalik. Truk tersebut berada pada posisi seperti pesawat yang hendak tinggal landas. Sang sopir (baju coklat) pun langsung melonpat keluar dari pintu. Dibantu oleh masyarakat, kendaraan tersebut akhirnya bisa kembali ke posisi semula.
Benar nasihat guru dan orang – orang sukses. Belajar dari karakter semut sebagai sala satu hewan terkecil adalah cara bijaksana seseorang jika ingin mencapai kesuksesan dalam berbagai profesi. Budaya antri, gotong royong, dan memberi salam saat berjumpa satu sama lain, adalah tiga dari sekian banyak karakter semut. Bahkan di sekolah – sekola pun seorang guru sering memberikan pandangan hidup kepada anak didiknya dengan menggunakan filosofi semut.
Bertubuh mungil ternyata tak jadi penghambat dari seorang siswa SMK N 2 Manado (STM Pomorow) bernama Muhammad Rifky. Menekuni jurusan teknik audio video, Rifky ternyata merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolah tersebut, sampai – sampai menurut wali kelasnya, ia pernah mendapatkan beasiswa. Saat ini Rifky yang sering jadi pelampiasan rasa gemes dari teman – teman perempuannya ini sudah menyelesaikan studi dan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Sekilas melihat lelaki yang sering mangkal di emperan pertokoan kompleks Taman Kesatuan Bangsa Manado ini adalah seorang pengemis. Namun kenyataannya tidak demikian. Jika tidak ada halangan, warga Tondano ini datang ke Manado setiap subuh dengan menumpang bus angkutan umum dari Terminal Tondano sampai Karombasan. Ia sadar bahwa mengulurkan tangan akan membuatnya sama dengan pengemis. Ia hanya menanti uluran tangan orang lain.