Manado – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, kerjasama Friedrich Ebert Stiftung (FES) dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), menggelar workshop ‘Bagaimana Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bekerja’ 22-23 April 2016 di Swissbell Hotel Maleosan Manado.
Dalam workshop itu, 5 dari 25 jurnalis terpilih sebagai penerima beasiswa liputan isu jaminan sosial nasional, yaitu Ronny Buol (Kompas.com), Supardi Bado (Media Totabuan), Otnie Tamod (Koran Manado), David Esa (Bisnis Indonesia) dan Agustinus Hari (viva.co.id).
“Kami harap pemenang bisa memberi pemahaman komprehensif lewat hasil liputannya kepada publik seperti apa SJSN yang sejatinya bertujuan mulia. Kepada peserta lainnya, jangan berkecil hati, kiranya juga membawa misi yang sama,” jelas Rina Julvianti dari usai penutupan workshop.
Selama dua hari, 25 jurnalis– anggota AJI dan non-AJI-dari Manado, Minahasa Utara, Tomohon, Minahasa, Mitra, Minsel, Sitaro hingga Kotamobagu dibekali materi seputar SJSN.
Berturut-turut tampil sebagai pemateri di hari pertama, Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Ahmad Ansyori, Kepala Departemen Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Divisi Regional Suluttenggo Malut Iriany Sandinganeng, Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Sulawesi Maluku Kuswahyudi, Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dinkes Sulut, dr Greity Inggritd Giroth, BPJS Watch Timbul Siregar dan perwakilan KSPI Sulut, Suanto Makalalag.
Ahmad Ansyori mengatakan sejak diberlakukan dua tahun lalu, SJSN sejatinya bertujuan memberi perlindungan kepada seluruh warga Indonesia, namun masih perlu penyempurnaan.
Persoalannya, belum semua lapisan masyarakat paham seperti apa SJSN ini.
Di sisi lain, infrastuktur dan pelayanan pelaksana SJSN belum maksimal.
“Kami harap lewat workshop ini, teman-teman jurnalis bisa terpacu. Bisa mendorong terciptanya universal coverage, memberi informasi tepat, memberi kritikan lewat karya jurnalistik berkualitas,” kata Ansyori.
Dalam workshop, para jurnalis juga dibekali teknik-teknik melakukan reportase mendalam soal isu-isu terkait jaminan sosial di sekitarnya.
Ketua AJI Manado, Yoseph Ikanubun berterima kasih ke AJI Indonesia, FES dan DJSN yang memberi kesempatan kepada sejumlah jurnalis daerah ini memahami secara komprehensif isu jaminan sosial.
“Kegiatan seperti ini memberi pengetahuan kepada jurnalis di daerah. Ini pertama kalinya AJI Manado melaksanakan pelatihan terkait jaminan sosial. Semoga kawan-kawan jurnalis bisa memanfaatkan apa yang diperoleh di pelatihan ini,” kata Ikanubun.(*/findamuhtar)
Manado – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, kerjasama Friedrich Ebert Stiftung (FES) dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), menggelar workshop ‘Bagaimana Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bekerja’ 22-23 April 2016 di Swissbell Hotel Maleosan Manado.
Dalam workshop itu, 5 dari 25 jurnalis terpilih sebagai penerima beasiswa liputan isu jaminan sosial nasional, yaitu Ronny Buol (Kompas.com), Supardi Bado (Media Totabuan), Otnie Tamod (Koran Manado), David Esa (Bisnis Indonesia) dan Agustinus Hari (viva.co.id).
“Kami harap pemenang bisa memberi pemahaman komprehensif lewat hasil liputannya kepada publik seperti apa SJSN yang sejatinya bertujuan mulia. Kepada peserta lainnya, jangan berkecil hati, kiranya juga membawa misi yang sama,” jelas Rina Julvianti dari usai penutupan workshop.
Selama dua hari, 25 jurnalis– anggota AJI dan non-AJI-dari Manado, Minahasa Utara, Tomohon, Minahasa, Mitra, Minsel, Sitaro hingga Kotamobagu dibekali materi seputar SJSN.
Berturut-turut tampil sebagai pemateri di hari pertama, Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Ahmad Ansyori, Kepala Departemen Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Divisi Regional Suluttenggo Malut Iriany Sandinganeng, Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Sulawesi Maluku Kuswahyudi, Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dinkes Sulut, dr Greity Inggritd Giroth, BPJS Watch Timbul Siregar dan perwakilan KSPI Sulut, Suanto Makalalag.
Ahmad Ansyori mengatakan sejak diberlakukan dua tahun lalu, SJSN sejatinya bertujuan memberi perlindungan kepada seluruh warga Indonesia, namun masih perlu penyempurnaan.
Persoalannya, belum semua lapisan masyarakat paham seperti apa SJSN ini.
Di sisi lain, infrastuktur dan pelayanan pelaksana SJSN belum maksimal.
“Kami harap lewat workshop ini, teman-teman jurnalis bisa terpacu. Bisa mendorong terciptanya universal coverage, memberi informasi tepat, memberi kritikan lewat karya jurnalistik berkualitas,” kata Ansyori.
Dalam workshop, para jurnalis juga dibekali teknik-teknik melakukan reportase mendalam soal isu-isu terkait jaminan sosial di sekitarnya.
Ketua AJI Manado, Yoseph Ikanubun berterima kasih ke AJI Indonesia, FES dan DJSN yang memberi kesempatan kepada sejumlah jurnalis daerah ini memahami secara komprehensif isu jaminan sosial.
“Kegiatan seperti ini memberi pengetahuan kepada jurnalis di daerah. Ini pertama kalinya AJI Manado melaksanakan pelatihan terkait jaminan sosial. Semoga kawan-kawan jurnalis bisa memanfaatkan apa yang diperoleh di pelatihan ini,” kata Ikanubun.(*/findamuhtar)