Manado — Istilah yang mengungkapka “Usaha tidak akan mengkhianati hasil” rupanya dirasakan oleh Marlon Lumangkun, pria kelahiran 30 tahun lalu.
Rasa syukur terlihat jelas di raut wajah pemuda ini.
Kerja keras yang dilakukan dari awal Februari 2019 mulai membuahkan hasil.
Selain mampu menopang kehidupan sehari-hari, juga mampu membeli mobil jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) untuk menunjang kegiatannya.
“Setelah saya pertimbangkan akhirnya saya putuskan untuk membeli mobil. Saya belinya tunai,” ujar Marlon.
Marlon menambahkan, mobil tersebut digunakannya untuk belanja bahan-bahan gorengan, sebab jika menggunakan sepeda motor tidak akan mampu membawa belanjaan.
“Dulu kalau ke pasar masih menggunakan sepeda motor, tapi setelah beberapa waktu, bahan yang dibeli terus bertambah, makanya dengan adanya mobil, sangat membantu,” kata Marlon.
Apalagi untuk ke pasar dilakukannya setiap dua sampai tiga hari sekali, mulai pukul 03.00 Wita.
“Kalau ke pasar saya pagi-pagi sekali. Dengan menelepon terlebih dahulu apa saja yang akan dibeli, karena sudah menjadi langganan. Jadi, ketika sampai tinggal membayar dan mengambil baragnya,” ungkap Marlon.
Mantan karyawan swasta ini menceritakan awalnya menjadi penjual gorengan yaitu setelah berhenti bekerja, merasa bingung untuk membuka usaha apa, namun setelah dipikir-pikir akhirnya dirinya memutuskan untuk membuka usaha gorengan, karena dirinya suka menikmati gorengan.
Untuk membuat adonan sendiri, awalnya dirinya tidak bisa membuatnya.
Namun setelah belajar autodidak melalui google dan youtube, mulailah dicoba beberapa kali lalu kemudian dibagikan kepada orang-orang terdekat.
Akhirnya ketika rasanya sudah lezat, barulah Marlon mengambil keputusan untuk berjualan.
Sedangkan untuk lokasi tempat berjualannya, Marlon memilih di lokasi yang strategis, yaitu Alfamart Malalayang yang terletak di Jalan Trans Sulawesi.
“Apalagi tempatnya dekat dengan perkantoran, rumah sakit dan pemukiman. Jadi memang tempatnya strategis,” ungkap Marlon.
Sebagai bahan pelengkap untuk menikmati gorengan, dia juga menyediakan dabu-dabu roa, yang diraciknya sendiri.
Jenis sambal tersebut dikatakannya sampai saat ini dijaga kualitasnya.
“Untuk dabu-dabu roa, saya meraciknya sendiri. Tak kurang, setiap hari saya harus sediakan 2 kilogram cabai rawit dan ikan roa serta bahan lainnya,” katanya.
Dituturkannya dabu-dabu roa merupakan ciri khas di Manado, yang wajib disediakan untuk menikmati gorengan.
”Kalau tidak ada dabu-dabu roa, gorengan tidak akan laku dijual,” tuturnya.
Gorengan yang dijualnya antara lain tahu, tempe, ubi goreng, pisang goroho, pisang kipas, bakwan sayur dan bakwan jagung dengan harga Rp 2.000.
Untuk jam Untuk jam bukanya mulai pukul 07.00-21.00 Wita.
Lebih lanjut dia menceritakan sejak awal membuka usaha gorengan, yaitu pada Februari 2019 sampai sekitar delapan bulan setelahnya, mentalnya dalam usaha memang diuji.
Saat penjualan sepi, rasa bimbang untuk meneruskan usaha atau beralih terus membayangi.
Namun dirinya memiliki keyakinan untuk terus berusaha.
Secara perlahan-lahan penjualannya terus meningkat, hingga hasilnya mulai dirasakan.
Tak heran pada pertengahan 2021 dari hasil menjual gorengan bisa membeli kendaraan.
”Selain dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli kendaraan, hasilnya saya bisa mengembangkan usaha dengan menyewa tenant kembali di Alfamart Malalayang di Jalan Trans Sulawesi. Tenant tersebut menjual berbagai macam jus buah,” tuturnya.
Mengenai pendapatannya dari hasil gorengan setiap bulannya saat ini pendapatan bersihnya sekitar Rp 10 juta.
Setelah dipotong untuk membayar gaji 3 karyawan dan bahan untuk membuat gorengan.
”Untuk modal awalnya secara keseluruhan sekitar Rp25 juta,” ungkapnya.
Untuk membuka tenant di Alfamart cukup mudah, syaratnya hanya fotokopi KTP, menyetujui perjanjian sewa, foto tenant dan membayar sewa per bulan.
Untuk info lanjut bisa menghubungi Yuni 082113541805.
(***/srisurya)