Acara adat HUT Negeri Woloan yang tanpa kehadiran Pemerintah Kota Tomohon
Tomohon, BeritaManado.com — Negeri Woloan adalah salah satu wilayah yang ditinggali para leluhur dan menjadi salah satu simbol peradaban etnis Tombulu hingga saat ini.
Di era masuknya para misionaris Katolik sekitar tahun 1870-an, negeri woloan sudah tercatat dalam kronik atau catatan para misionaris Serikat Jesus dalam Buku St. Claverbond.
Bahkan, jauh sebelum itu jejak-jejak peradaban manusia di negeri yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Tomohon Barat ini telah menjadi tempat tinggal para leluhur.
Jadi dalam hal ini, Woloan layak disebut sebagai negeri yang kaya akan nilai sejarah dan budaya.
Dalam konteks kekinian, seharusnya tradisi serta peninggalan-peninggalan para leluhur selayaknya dilestarikan atau dipelihara dan bukan sebaliknya.
Warga masyarakat negeri Woloan sebagian besar mewarisi profesi para leluhur yaitu bertani.
Yang istimewa dengan negeri Woloan, mulai anak-anak hingga orangtua, semuanya fasilitas dalam menggunakan bahasa Tombulu dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi kebanggan tersendiri, bahwa kekayaan sejarah dan tradisi seni budaya masih kuat terpelihara sampai saat ini.
Apa yang dimiliki oleh negeri Woloan seharusnya dapat dikemas menjadi satu paket atraksi wisata, sehingga bisa menarik kunjungan wisatawan mancanegara.
Akan tetapi kesan terlupakan tampaknya tersemat untuk negeri Woloan, bukan karena warga dan pemerintah di empat kelurahan tidak peduli akan hal tersebut, namun ada pihak lain yang lebih kompeten untuk melihat hal ini sebagai sebuah peluang menjanjikan.
Dalam rangkaian kegiatan Tomohon Internasional Flower Festival (TIFF) tahun 2024, atraksi budaya di negeri Woloan ternyata tidak terakomodir sebagai side event agenda tahunan tersebut.
Berbarengan dengan rangkaian kegiatan TIFF, negeri Woloan selalu menggelar kegiatan bernuansa budaya yaitu peringatan hari ulang tahun negeri Woloan dengan menghadirinya suasana budaya yang dipraktekkan oleh para leluhur tempo dulu.
Apakah Pemerintah Kota Tomohon sengaja melihat potensi di negeri Woloan itu bukan sesuatu yang penting, itu hanya mereka yang tahu.
Sebagaimana informasi yang ada, pada kegiatan budaya tersebut, tidak tampak perwakilan dari Pemkot Tomohon.
Bahkan, empat pejabat yang merupakan kepala pemerintahan di Woloan Raya juga tak tampak dalam bernuansa budaya tersebut.
Salah satu warga bernama Hanny Meruntu sampai beranggapan bahwa para Lurah di Woloan Raya dan jajarannya hingga wakil rakyat yang diundang tidak hadir.
Pemandangan ini menjadi kesedihan dari warga masyarakat di negeri Woloan.
Tak hanya itu, kekecewaan semakin bertambah saat tersiar kabar dan fakta bahwa sebidang tanah yang berisi makam para leluhur telah dibongkar dan dibiarkan puing-puinhnya berserakan di atas tanah.
Diketahui, oknum pelaku pembongkaran makam adalah Kontraktor yang diduga atas perintah Dinas Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan pihak Kelurahan dalam hal ini Lurah Woloan Dua.
Kata Lurah Woloan Dua Jane Kures, lokasi pekuburan leluhur tersebut bakal didirikan bangunan Bank Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup.
Lurah Jane beralasan bahwa pembongkaran terjadi karena Dinas Lingkungan Hidup mengklaim lokasinya merupakan milik pemerintah.
Meski demikian, Jane mengaku bahwa dia sempat meminta agar pihak terlebih dahulu pihak Kontraktor meminta ijin kepada tua-tua kampung sebelum melakukan pembongkaran.
Proyek pembuatan bank sampah akhirnya dihentikan hingga mendapatkan persetujuan para tua-tua kampung dalam sidang adat 94 marga yang ada di Woloan.
(***/Frangki Wullur)