Manado – Indonesia merupakan pasar besar peredaran gelap narkoba.
Menurut Kepala BNN Kota Manado, AKBP Eliasar Sopacoly, secara geografis yang terbuka narkoba mudah masuk dan menyebar di Indonesia.
“Kemudian secara demografis 250 juta penduduk Indonesia menjadi pasar potensial,” jelas AKBP Sopacoly pada Forum Komunikasi Anti Narkoba Berbasis Media Online bagi Nitizen yang dilaksanakan di itCenter, Rabu (14/11/2018) kemarin.
Secara khusus AKBP Eliasar Sopacoly mengingatkan pemerintah dan masyarakat mewaspadai kunjungan wisatawan asal Cina.
“Produsen sabu terbesar di dunia ada di kota Guangzhou sehingga harus diwaspadai jangan sampai mereka datang membawa narkoba,” tandas AKBP Sopacoly.
Lanjut AKBP Eliasar Sopacoly, bisnis narkoba sangat menguntungkan dengan omzet triliunan rupiah maka para bandar siap “membeli” siapa saja termasuk oknum polisi, BNN, pejabat, hingga masyarakat.
“Mereka (bandar narkoba) bisa membeli kita dan melakukan apa saja untuk memuluskan bisnis dengan uang banyak. Komitmen anti peredaran gelap narkoba harus ditanamkan agar kita mampu menghadapi godaan penyalagunaan narkoba,” terang AKBP Sopacoly.
Sebelumnya, Kepala BNN Heru Winarko menyebut Indonesia menjadi target sindikat narkotika karena harga jual narkoba sangat tinggi.
“Harga narkoba di Indonesia luar biasa. Di China satu gram dijual seharga Rp20 ribu, di Iran Rp50 ribu. Sementara di Indonesia satu gram Rp1,5 juta. Dengan cara apapun mereka mau masukkan ke Indonesia,” kata Winarko beberapa waktu lalu.
(JerryPalohoon)
Manado – Indonesia merupakan pasar besar peredaran gelap narkoba.
Menurut Kepala BNN Kota Manado, AKBP Eliasar Sopacoly, secara geografis yang terbuka narkoba mudah masuk dan menyebar di Indonesia.
“Kemudian secara demografis 250 juta penduduk Indonesia menjadi pasar potensial,” jelas AKBP Sopacoly pada Forum Komunikasi Anti Narkoba Berbasis Media Online bagi Nitizen yang dilaksanakan di itCenter, Rabu (14/11/2018) kemarin.
Secara khusus AKBP Eliasar Sopacoly mengingatkan pemerintah dan masyarakat mewaspadai kunjungan wisatawan asal Cina.
“Produsen sabu terbesar di dunia ada di kota Guangzhou sehingga harus diwaspadai jangan sampai mereka datang membawa narkoba,” tandas AKBP Sopacoly.
Lanjut AKBP Eliasar Sopacoly, bisnis narkoba sangat menguntungkan dengan omzet triliunan rupiah maka para bandar siap “membeli” siapa saja termasuk oknum polisi, BNN, pejabat, hingga masyarakat.
“Mereka (bandar narkoba) bisa membeli kita dan melakukan apa saja untuk memuluskan bisnis dengan uang banyak. Komitmen anti peredaran gelap narkoba harus ditanamkan agar kita mampu menghadapi godaan penyalagunaan narkoba,” terang AKBP Sopacoly.
Sebelumnya, Kepala BNN Heru Winarko menyebut Indonesia menjadi target sindikat narkotika karena harga jual narkoba sangat tinggi.
“Harga narkoba di Indonesia luar biasa. Di China satu gram dijual seharga Rp20 ribu, di Iran Rp50 ribu. Sementara di Indonesia satu gram Rp1,5 juta. Dengan cara apapun mereka mau masukkan ke Indonesia,” kata Winarko beberapa waktu lalu.
(JerryPalohoon)