Manado, BeritaManado.com — Kasus perselingkuhan yang melibatkan orang penting atau pejabat sekelas wakil rakyat marak terjadi belakangan ini.
Seperti yang ramai diperbincangkan, beberapa kasus perselingkuhan yang melibatkan anggota DPRD dan diberi julukan politisi ‘Pang Bahugel’ atau tukang selingkuh.
Menyikapi itu, Direktur Swara Parangpuan Vivi George kepada BeritaManado.com mengatakan, sebagai pejabat publik kalau terindikasi berselingkuh, pertanyaannya bagaimana pertanggungjawaban mereka ke konstituennya.
“Karena yang memilih mereka adalah masyarakat yang merupakan konstituen. Mereka dipercayakan untuk mewakili rakyat, kenapa terjerat selingkuh,” tutur Vivi George.
Apalagi, lanjut George, oknum-oknum wakil rakyat yang selingkuh sudah berkeluarga.
“Akan menjadi preseden buruk bagi citra diri sendiri maupun lembaga ataupun parpol yang dinaungi tukang selingkuh tersebut,” tegasnya.
Untuk itu, mantan Komisioner KPU Sulut ini mengimbau, masyarakat lebih jeli dalam menentukan pilihan dalam Pileg 2024 nanti.
“Kalau istri atau pasangannya saja yang disatukan Tuhan lewat janji suci bisa dikhianati atau diselingkuhi, bagaimana rakyat yang memilih mereka,” jelas George.
Harta, Tahta dan Wanita
Disinyalir, tindakan yang menjurus pada tindakan asusila ini terjadi karena adanya power.
Ada kaitan antara kekuasaan seseorang dan potensinya untuk melakukan perselingkuhan.
Joris Lammers dari Tilburg University beserta timnya melakukan penelitian pada sebanyak 1561 profesional dengan beragam latar belakang untuk melihat hubungan ini.
Hasil penelitian ini yang diterbitkan pada Psychological Science di tahun 2011 menunjukkan bahwa adanya peningkatan kecenderungan sikap tidak setia baik pada perempuan maupun laki-laki yang menyertai peningkatan kekuasaan yang diperoleh.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kepercayaan diri untuk menarik perhatian lawan jenis ketika terjadi peningkatan kekuasaan dalam pekerjaan seperti saat naik pangkat atau promosi.
George pun menilai, perempuan dijadikan objek incaran di perkantoran.
“Biasa karena tako pa bos, pimpinan apalagi disertai dengan ancaman dan lain-lain. Sedih kalau Perempuan tidak ada posisi tawar untuk melawan kekerasan yang jadi ancaman ancaman di ruang domestik dan publik,” tutupnya.
Lantas, pantaskah para wakil rakyat yang ‘pang bahugel’ kembali dipilih dan dipercayakan rakyat duduk di kursi legislatif nanti?
2024 jawabannya.
(***/AnggawiryaMega)