PERUBAHAN LOGO MITRA DIHARAPKAN BUKAN DILAKUKAN KARENA ‘DENDAM POLITIK’
Ratahan – Perubahan lambang daerah Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) diharapkan bukan dilakukan karena ‘dendam politik’, tetapi lebih didasari oleh berbagai dorongan positif, antara lain usulan masyarakat dengan melihat faktor budaya, etnis dan lainnya.
Hal ini dikatakan ketua KNPI Silian Raya, Ryan Sandag. “Saya sangat mendukung lambang daerah saat ini diganti. Karena selain menuai penolakan warga, logo pemulihan dianggap tidak mencerminkan budaya orang Minahasa,” tegasnya kepada beritamanado, Rabu (21/5/2014).
Hanya saja menurutnya, yang menjadi pertanyaan, kenapa Pemkab Mitra susah payah merancang logo baru. “Kembalikan saja ke logo Patokan Esa yang memang sejak dulu itu yang diinginkan masyarakat. Justru kalau pergantian logo, terus yang muncul design baru, itu yang bisa memunculkan preseden buruk bagi sejarah Mitra,” papar Sandag.
“Orang nanti akan berpikir, ke depan kalau bupati sudah orang baru, nantinya akan usul pergantian logo baru lagi. Jadinya orang Mitra akan dianggap tidak memiliki jatidiri. Masakkan baru 7 tahun Mitra sudah pernah menggunakan tiga logo,” tukasnya.
Sementara itu, Sekda Mitra Ir Adrianus Tinungki menjelaskan, terkait perubahan lambang daerah, hal itu sudah melalui pembicaraan bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat serta pihak terkait lainnya di wilayah Mitra.
“Pada prinsipnya lambang daerah akan kembali ke lambang sebelumnya, hanya saja ada beberapa opsi yang menjadi pilihan dan sudah disetujui, yaitu kata patokan esa di hilangkan, dan tulisan Minahasa Tenggara akan di tempatkan dibagian atas atau bagian bawa lambang yang akan ditetapkan,” jelas Tinungki. (rulandsandag)
PERUBAHAN LOGO MITRA DIHARAPKAN BUKAN DILAKUKAN KARENA ‘DENDAM POLITIK’
Ratahan – Perubahan lambang daerah Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) diharapkan bukan dilakukan karena ‘dendam politik’, tetapi lebih didasari oleh berbagai dorongan positif, antara lain usulan masyarakat dengan melihat faktor budaya, etnis dan lainnya.
Hal ini dikatakan ketua KNPI Silian Raya, Ryan Sandag. “Saya sangat mendukung lambang daerah saat ini diganti. Karena selain menuai penolakan warga, logo pemulihan dianggap tidak mencerminkan budaya orang Minahasa,” tegasnya kepada beritamanado, Rabu (21/5/2014).
Hanya saja menurutnya, yang menjadi pertanyaan, kenapa Pemkab Mitra susah payah merancang logo baru. “Kembalikan saja ke logo Patokan Esa yang memang sejak dulu itu yang diinginkan masyarakat. Justru kalau pergantian logo, terus yang muncul design baru, itu yang bisa memunculkan preseden buruk bagi sejarah Mitra,” papar Sandag.
“Orang nanti akan berpikir, ke depan kalau bupati sudah orang baru, nantinya akan usul pergantian logo baru lagi. Jadinya orang Mitra akan dianggap tidak memiliki jatidiri. Masakkan baru 7 tahun Mitra sudah pernah menggunakan tiga logo,” tukasnya.
Sementara itu, Sekda Mitra Ir Adrianus Tinungki menjelaskan, terkait perubahan lambang daerah, hal itu sudah melalui pembicaraan bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat serta pihak terkait lainnya di wilayah Mitra.
“Pada prinsipnya lambang daerah akan kembali ke lambang sebelumnya, hanya saja ada beberapa opsi yang menjadi pilihan dan sudah disetujui, yaitu kata patokan esa di hilangkan, dan tulisan Minahasa Tenggara akan di tempatkan dibagian atas atau bagian bawa lambang yang akan ditetapkan,” jelas Tinungki. (rulandsandag)