Airmadidi-Masyarakat Minahasa Utara (Minut) tentu tak lagi asing dengan nama Daniel Matthew Rumumpe.
Ya. Putra dari Bupati Minut Vonnie Anneke Panambunan ini kembali membuat gebrakan dengan pengolahan akar pohon jati.
Bermula dari hobi baru yakni mengoleksi kerajinan dari kayu, Daniel menggandeng sejumlah seniman pengrajin kayu di Minut untuk mengolah limbah akar pohon jati yang selama ini dianggap tidak memiliki nilai ekonomi tinggi.
Hasilnya, akar jati pun jadi kerajinan yang bernilai tinggi bahkan menjadi pundi-pundi uang.
Beritamanado.com, Selasa (4/10/2016) berkesempatan mengunjungi kediaman pribadi Daniel di Kecamatan Airmadidi, danmelihat langsung proses pengolahan akar pohon jati tersebut, mulai dari pemotongan, ukir, hingga proses akhir pengecatan.
“Ini akar jati asli Minut. Ini kan limbah pohon yang biasanya cuma dipotong lalu dibuang. Daripada akar menjadi rusak, lebih baik dimanfaatkan untuk jadi perabotan,” kata Daniel yang mengaku baru satu bulan menggeluti bidang ini.
Pria yang dulu juga pernah ‘menyulap’ rumahnya menjadi lokasi pemolesan batu akik ini mengaku senang bisa memotivasi pengrajin kayu di Minut untuk tetap berkarya.
“Kalau pengrajin kayu disini ada lima orang. Semuanya juga Asli Minut. Biasanya kan kita lihat, orang yang kerja seperti ini asal Pulau Jawa. Saya juga lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat daripada menggunakan tenaga mesin,” lanjut Daniel.
Menurut Daniel, limbah akar pohon itu diolah menjadi berbagai produk kerajinan mulai tempat pajangan bunga, nampan akar kayu, kursi, meja catur, meja hias, hingga aneka perabot rumah tangga lainnya.
Produk kerajinan ini juga beragam yakni mulai Rp2 juta untuk sebuah tempat pajangan bunga hingga Rp10 juta untuk kursi dan meja set.
Menariknya, ada satu meja khusus dibuat dengan corak kepala burung Garuda, lambang Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
“Ini koleksi pribadi, haha..” lanjut Daniel.
Sambil memantau proses pembuatan perabot, sesekali suami tercinta Direktur Utama PD Klabat Estrella Tacoh ini mengarahkan para pengrajin dalam membuat pola ukiran.
Sementara itu, Abdullah Manumpil (47) seorang pengrajin kayu terlihat sangat teliti mengukir kayu dan akar jati.
Menurut Manumpil, bidang ini sudah dia jalankan sejak tahun 1986, dimulai dari mengukir souvenir berbentuk kapal layar dari bahan tunas kelapa.
Saat ini, kata dia pengrajin kayu asal Sulut kurang diperhatikan pemerintah mulai dari modal kerja, alat bantu maupun pasar untuk menjual hasil karya.
“Akhirnya, banyak pengrajin kayu yang beralih profesi karena minim penghasilan dari hasil karyanya,” ujarnya.
Pria yang akrab dipanggil Paman ini mengatakan, dalam satu bulan produksi sudah enam unit perabotan yang terjual.
“Terima kasih kepada Pak Daniel yang sudah mengajak kami para pengrajin kayu agar kembali menghasilkan karya,” pungkasnya.(findamuhtar)