Manado — Selama hampir 10 tahun memimpin kota Manado, Wali kota Dr. Ir. GS Vicky Lumentut SH MSi DEA tidak hanya sukses membangun infrastruktur kesehatan, tapi juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Dua hal tersebut sendiri merupakan bagian kecil dari banyaknya prestasi yang ditorehkan Vicky Lumentut.
Untuk infrastruktur kesehatan, di Manado akhirnya berdiri sejumlah rumah sakit daerah (RSD) yang tidak pernah di miliki kabupaten/kota lainnya di Sulut.
Sedangkan dari IPM, Vicky Lumentut juga berhasil menaikan IPM kota Manado menjadi 78,02 persen di tahun 2020.
Bahkan, IPM Kota Manado tersebut jauh diatas kabupaten/kota lainnya di Sulut, termasuk Provinsi Sulut sendiri.
Pertumbuhan IPM yang cukup siginifikan diera pemerintahan Vicky Lumentut ini otomatis ikut berdampak pada kenaikan investasi yang bersumber dari penanaman modal dalam negeri.
Kota Manado pun mengalami kenaikan PDRB (Pendapatan Domestic Regional Bruto) maupun terjadinya pertumbuhan di sektor ekonomi riil.
“Harus kita akui bahwa, IPM kota Manado paling tinggi dari 15 kabupaten/kota lainnya di Sulut termasuk provinsi Sulut. Selain ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi lokal, banyak regulasi Pemkot Manado yang memberikan kemudahan bagi dunia investasi ikut menjadi salah satu penentu naiknya IPM,” ucap Vicky Lumentut dalam siaran pers Bagian Pemerintahan dan Humas Pemerintah Kota Manado, Senin (16/11/2020).
Menurut Vicky, salah satu tantangan pihaknya saat ini adalah bagaimana mengurangi angka pengangguran di kota Manado, yang tiap tahun ikut mengalami kenaikan.
Kenaikan ini menurut Lumentut, lebih disebabkan karena kota Manado sampai saat ini masih menjadi tujuan utama para pencari kerja dari 14 kabupaten/kota di Sulut.
“Sampai saat ini kota Manado masih menjadi kota primadona bagi pencari kerja di 14 kabupaten/kota di Sulut. Kondisi ini ikut berdampak pada masih tingginya angka pengangguran di kota Manado,” jelas Lumentut.
Kata Vicky, data yang ada menunjukan, penyumbang terbesar angka pencari kerja di kota Manado adalah, kelompok lulusan sarjana dari perguruan tinggi.
Kemudian, kelompok lulusan SD, SMA maupun sederajat.
“Untuk kelompok SMP dan Diploma angkanya masih bisa ditekan dan masih kurang,” ucap Vicky.
Alasan utama kelompok SMP dan diploma masih kurang adalah, karena lulusan kelompok ini umumnya langsung diserap oleh pasar kerja.
“Salah satu penyebab kelompok lulusan perguruan tinggi masih tinggi adalah, karena kelompok ini banyak memilih jenis pekerjaan atau sebaliknya spesifikasi ilmu mereka yang tidak ada di pasar kerja,” ungkap Lumentut.
Melihat kondisi ini, Vicky pun mengingatkan kepada Pemerintah Provinsi Sulut untuk tetap memberdayakan pendidikan kejuruan dari berbagai aspek termasuk lulusannya.
“Karena lulusan ini mampu diterima oleh pasar kerja. Sudah saatnya kita siapkan konsep pembangunan SDM-nya, supaya lulusan kelompok ini langsung diterima oleh pasar kerja,” pesan Vicky.
(***/srisurya)