Amurang, BERITAMANADO.com — Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melanda sejumlah daerah di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel).
Salah seorang aktivis lingkungan hidup Minsel, Cleen Pakasi kepada BeritaManado.com, pada Kamis (19/9/2019) menilai salah satu penyebab tingginya Karhutla di Minsel karena sikap gotong-royong masyarakat mulai menurun.
“Tradisi masyarakat ketika membuka lahan untuk bercocok tanam yang dulunya dengan bergotong-royong, saat ini sudah bergeser dengan cara membakar lahan,” ujar Cleen Pakasi.
Dirinya berpendapat hal ini yang menjadi salah satu penyebab utama tingginya kejadian Karhutla di Kabupaten Minsel dan di sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Dikesempatan terpisah, Hukum Tua Desa Tumpaan Lucky Lumenta menyampaikan gotong-royong merupakan peninggalan nenek moyang yang mengutamakan semangat kebersamaan, rasa mencintai, rasa kesatuan, rasa toleransi dan untuk membangun bangsa dalam satu kesatuan.
“Kedepankan sikap gotong-royong, karena akan muncul rasa tolong-menolong kepada sesama. Semangat gotong-royong sebaiknya dikembalikan dalam upaya membuka lahan pertanian, jangan lagi dilakukan dengan cara membakar lahan,” terang Lucky Lumenta.
Dirinya bahkan meminta, jangan semangat gotong-royong di masyarakat nanti muncul disaat sudah ada kejadian Karhutla.
“Yang ke kebun dan seorang perokok, jangan buang puntungnya secara sembarangan,” kata Lucky Lumenta.
Diharapkan, dengan mengembalikan tradisi gotong-royong saat membuka lahan akan dapat mengurangi penyebab terjadinya Karhutla.
(TamuraWatung)