PABRIK Cap Tikus yang hingga kini berkembang sebagai home industri di sebagian besar kawasan Minahasa induk, Tenggara dan Selatan biasanya berlokasi di dataran tinggi dengan suhu dingin. Sekitar abad 13-14, diperkirakan para pedagang Tionghoa yang mengajarkan orang Minahasa kuno bagaimana menyuling saguer.
Budayawan Jessy Wenas dalam blog Kerukunan Keluarga Pakasaan Remboken menuturkan, dalam pembuatan cap tikus, air saguer dialirkan melalui pipa-pipa bambu yang sudah diatur sedemikian rupa. Uap panas yang melalui pipa bambu yang panjang ketika mencair akan berubah menjadi Cap Tikus. Para pembuat Cap Tikus lebih suka memilih lokasi pegunungan yang dingin dan tempat berbukit supaya pipa bambu penyulingan tidak diatas pohon tapi dipermukaan tanah perbukitan.
Masa hidup dewa minuman keras Minahasa Opo Parengkuan adalah sebelum periode kedatangan bangsa kulit putih Portugis-Spanyol di Minahasa tahun 1512-1523. Pada waktu itu pedagang Cina dengan perahu yang telah datang membawa keramik ke Minahasa. Dari usia dinasti keramik Cina di Minahasa abad 13 dan abad 14, dapat diperkirakan bahwa orang Cina-lah yang mengajarkan orang Minahasa untuk membuat minuman keras Cap Tikus dengan menyuling Saguer .
Bagi orang Spanyol, Cap Tikus telah menjadi bumerang karena melalui minuman itulah orang Spanyol diusir dari Minahasa. Hal itu terjadi karena serdadunya suka mabuk-mabukan dan akhirnya membunuh Dotu Mononimbar di Tondano dan melukai anak Kepala Walak Tomohon tahun 1644.
Kendati masa kini Cap Tikus jadi momok bagi aparat hukum, ternyata dulu kala dia pernah “berjasa” bagi orang Minahasa. Menurut buku “Adatrechtbundels XVII. 1919 halaman 79”, minuman keras tradisionil ini pada abad 18 telah menyelamatkan orang Minahasa dari ketergantungan Candu dan Opium, narkotika yang dibawa masuk orang Tiongkok. Karena orang Minahasa sangat mencintai minuman Saguer dan Cap Tikus, maka orang Minahasa sudah tidak tertarik lagi dengan candu dan opium, walaupun harganya cukup murah. (remboken.com/ady)
PABRIK Cap Tikus yang hingga kini berkembang sebagai home industri di sebagian besar kawasan Minahasa induk, Tenggara dan Selatan biasanya berlokasi di dataran tinggi dengan suhu dingin. Sekitar abad 13-14, diperkirakan para pedagang Tionghoa yang mengajarkan orang Minahasa kuno bagaimana menyuling saguer.
Budayawan Jessy Wenas dalam blog Kerukunan Keluarga Pakasaan Remboken menuturkan, dalam pembuatan cap tikus, air saguer dialirkan melalui pipa-pipa bambu yang sudah diatur sedemikian rupa. Uap panas yang melalui pipa bambu yang panjang ketika mencair akan berubah menjadi Cap Tikus. Para pembuat Cap Tikus lebih suka memilih lokasi pegunungan yang dingin dan tempat berbukit supaya pipa bambu penyulingan tidak diatas pohon tapi dipermukaan tanah perbukitan.
Masa hidup dewa minuman keras Minahasa Opo Parengkuan adalah sebelum periode kedatangan bangsa kulit putih Portugis-Spanyol di Minahasa tahun 1512-1523. Pada waktu itu pedagang Cina dengan perahu yang telah datang membawa keramik ke Minahasa. Dari usia dinasti keramik Cina di Minahasa abad 13 dan abad 14, dapat diperkirakan bahwa orang Cina-lah yang mengajarkan orang Minahasa untuk membuat minuman keras Cap Tikus dengan menyuling Saguer .
Bagi orang Spanyol, Cap Tikus telah menjadi bumerang karena melalui minuman itulah orang Spanyol diusir dari Minahasa. Hal itu terjadi karena serdadunya suka mabuk-mabukan dan akhirnya membunuh Dotu Mononimbar di Tondano dan melukai anak Kepala Walak Tomohon tahun 1644.
Kendati masa kini Cap Tikus jadi momok bagi aparat hukum, ternyata dulu kala dia pernah “berjasa” bagi orang Minahasa. Menurut buku “Adatrechtbundels XVII. 1919 halaman 79”, minuman keras tradisionil ini pada abad 18 telah menyelamatkan orang Minahasa dari ketergantungan Candu dan Opium, narkotika yang dibawa masuk orang Tiongkok. Karena orang Minahasa sangat mencintai minuman Saguer dan Cap Tikus, maka orang Minahasa sudah tidak tertarik lagi dengan candu dan opium, walaupun harganya cukup murah. (remboken.com/ady)