Sangihe, BeritaManado.com – Pandemi Covid -19 yang melanda dunia masih jauh dari kata usai.
Melalui situs resmi World Health Organization (WHO), Tedros Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menyampaikan, bahwa telah empat juta masyarakat dunia tewas akibat Covid-19 sehingga butuh waktu cukup lama untuk beradaptasi.
“Dibutuhkan sekurangnya waktu dua tahun ke depan untuk dapat beradaptasi dengan virus ini,” kata Tedros Ghebreyesus.
Di Indonesia sendiri, sepanjang 2020, pandemi telah menekan pertumbuhan ekonomi hingga -5,32% (www.sdip.dpr.go.id/dampakcovid_padaekonomiindonesia.htm/), dan tanda-tanda itu masih belum menunjukan perbaikan di semester pertama 2021.
Lalu mengapa sebuah festival literasi dibutuhkan di tengah-tengah pandemi yang merajalela saat ini?
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi tidak hanya bermakna membaca dan menulis, namun lebih jauh dari itu, literasi adalah kemampuan memaknai dan mengolah informasi yang manusia dapatkan untuk menghadirkan solusi pada setiap masalah yang dihadapinya.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando mengungkapkan, hasil Kajian Indeks Kegemaran Membaca (KIKM) yang dilakukan Perpusnas pada 2020, memberikan hasil minat baca Indonesia, masuk dalam poin 55,74 atau sedang.
Indeks ini dapat dimaknai juga sebagai kemampuan masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi.
Kecerdasan literasi dibutuhkan sebagai sebuah instrumen bagi manusia dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ia hadapi terkait hal di atas, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, menggagas sebuah festival literasi pertama di Provinsi Sulawesi Utara, bertajuk: Sangihe Writers & Readers Festival (SWRF), sebuah ruang-bersama masyarakat untuk meningkatkan kecerdasan literasi, dan menjadikan budaya literasi sebagai bagian dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupinya.
SWRF, merupakan sebuah perayaan literasi yang dilaksanakan pada Oktober 2021 secara “hybrid”.
Menampilkan berbagai kegiatan yang akan memantik geliat literasi di Provinsi Sulawesi Utara, bahkan diharapkan hingga kawasan Timur Indonesia.
Sejak Agustus hingga Oktober, SWRF akan melangsungkan tiga aktivitas pra-kegiatan, melalui program 1000 Perpustakaan untuk Sangihe, Bengkel Sastra, dan Diskusi Literasi Nusantara.
Ketiga progam yang digagas merupakan sebuah upaya membangun infrastruktur literasi yang dapat menunjang tumbuh-kembangnya ekosistem literasi yang baik.
Pada puncak perhelatan di bulan Oktober, SWRF akan menggelar program Diskusi Literasi, Koneksi Komunitas, Peluncuran Buku “Karya dari Timur”, Bursa Buku Digital, hingga Pentas Seni Virtual.
Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe, Jabes Ezar Geghana, mengutarakan, SWRF merupakan sebuah sumbangan para cendekia yang terkumpul di Sangihe bagi seluruh masyarakat dunia, untuk memberikan berbagai inspirasi positif dalam menghadapi pandemi.
“Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, menggandeng berbagai lintas komunitas literasi se-nusantara secara bersama-sama, terlibat dan merayakan kegiatan ini,” ujarnya.
SWRF 2021, diarahkan pula oleh Dewan Pengarah yang terdiri dari Iverdixon Tinungki, Eric Dajoh, dan Reiner Emyot Ointoe, sastrawan dan budayawan yang akan menajamkan bertemunya berbagai ide dan perbincangan dalam mengarifi masa lampau untuk menuliskan masa depan.
Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Johanis Pilat, menegaskan SWRF merupakan sebuah jawaban atas perlunya kecerdasan literasi di masa pandemi, karena bagaimanapun bangsa yang cerdaslah yang dapat menyelesaikan berbagai kendala yang mendera, dan dapat memerankan dirinya sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam mengolah segala sumber daya demi kesejahteraan semesta.
Mari ikuti dan menjadi bagian dalam perayaan literasi SWRF 2021, melalui:www.linktr.ee/sangihe.wrf.