BITUNG—Imbas dari kebijakan Polda Sulut membatasi jam operasi kendaraan container rupanya memiliki efek kuat terhadap roda perekonomian Sulut. Pasalnya kebijakan tersebut dinilai para pengusaha container, pengusaha angkutan, sopir dan buruh sangat merugikan dan perlu kajian kembali untuk diterapkan.
“Hampir keseluruhan bahan Sembako didatangkan lewat Pelabuhan Kota Bitung dalam bentuk container yang kemudiang disuplai ke seluruh daerah di Sulut lewat trasportasi darat. Namun saat ini suplai mengalami kendala karena adanya kebijakan dari Polda,” kata Katua DPC Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI-ILFA) Kota Bitung, Syam Panai, Kamis (8/12).
Dengan demikian menurut Panai, tidak menutup kemungkinan dalam beberapa hari kedepan harga kebutuhan akan melonjak naik sesuai dengan hukum ekonomi. Dimana permintaan meningkat namun barang yang dibutuhkan terbatas sehingga harga melambung naik.
“Kami harap jangan hanya kebijakan ini menghambat proses suplai kebutuhan ke tiap daerah di Sulut dan harus ditinjau kembali jangan sampai roda perekonomian Sulut lumpuh,” katanya.
Lebih ditakutkan lagi menurutnya, saat ini sejumlah pengusaha ekspedisi mulai beralih dari sejumlah pelabuhan ke pelabuhan Kota Bitung. Namun karena adanya kebijakan pembatasan jam operasi menurut Panai, banyak yang berpikir ulang untuk mensuplai barang ke Kota Bitung kerena alasan biaya dan kerugian karena barang mengalami keterlambatan pembongkaran.
“Barang biasanya hanya 2-3 hari sudah sampai ke pemilik namun karena ada kebijakan barang nanti sampai 1 minggu. Malah sejumlah kebutuhan yang diorder untuk kebutuhan Desember diperkirakan nanti masuk bulan Februari 2012 karena terhambatnya suplai ke sejumlah daerah di Sulut,” jelas Panai.
Hal senada juga dikuatirkan pihak pelabuhan petikemas Pelindo IV Kota Bitung. Dimana menurut Manager SDM dan Umum Pelabuha Petikemas Pelindo IV Kota Bitung, Mundzyr Salim, semenjak kebijakan pembatasan jam operasi kendaraan container diberlakukan suplai barang terhambat.
“Memang dalam beberapa hari ini trasportasi suplai barang sedikit terhambat dan kami kuatir ini akan berdampak buruk bagi roda perekonomian di Sulut, apalagi saat ini menjelang Desember yang biasanya permintaan kebutuhan pokok sangat meningkat namun barang masih bertumpuk di pelabuhan,” kata Salim.
Salim sendiri mengaku, pihaknya ikut juga bertanggung jawab soal distribusi barang ke sejumlah wilayah Sulut, terutama bahan-bahan Sembako. Namun mengingat saat ini para pengusaha container dan pengusaha angkutan tidak menerima penerapan kebijakan pembatasan jam operasi maka mau tidak mau distribusi harus terhambat.
“Kalau begini terus maka jelas perekonomian Sulut bisa lumpuh, karena rata-rata container masih tertahan. Padahal kami sudah berubaya untuk langsung membongkar jika ada kapal container yang masuk agar bisa lagsung disuplai namun dalam beberapa hari ini para sopir hanya mengangkut satu rit saja,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini, bukan hanya para pengusaha container, pengusahan agkutan, sopir dan buruh yang dirugikan namun pihaknya juga ikut merasakan kerugian. Bahkan Salim lebih kuatir soal dampaknya terhadap masyarakat yang tidak dapat lagi dengan mudah mendapatkan Sembako, apalagi dalam menghadapi hari raya Natal dan tahun baru.(en)
BITUNG—Imbas dari kebijakan Polda Sulut membatasi jam operasi kendaraan container rupanya memiliki efek kuat terhadap roda perekonomian Sulut. Pasalnya kebijakan tersebut dinilai para pengusaha container, pengusaha angkutan, sopir dan buruh sangat merugikan dan perlu kajian kembali untuk diterapkan.
“Hampir keseluruhan bahan Sembako didatangkan lewat Pelabuhan Kota Bitung dalam bentuk container yang kemudiang disuplai ke seluruh daerah di Sulut lewat trasportasi darat. Namun saat ini suplai mengalami kendala karena adanya kebijakan dari Polda,” kata Katua DPC Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI-ILFA) Kota Bitung, Syam Panai, Kamis (8/12).
Dengan demikian menurut Panai, tidak menutup kemungkinan dalam beberapa hari kedepan harga kebutuhan akan melonjak naik sesuai dengan hukum ekonomi. Dimana permintaan meningkat namun barang yang dibutuhkan terbatas sehingga harga melambung naik.
“Kami harap jangan hanya kebijakan ini menghambat proses suplai kebutuhan ke tiap daerah di Sulut dan harus ditinjau kembali jangan sampai roda perekonomian Sulut lumpuh,” katanya.
Lebih ditakutkan lagi menurutnya, saat ini sejumlah pengusaha ekspedisi mulai beralih dari sejumlah pelabuhan ke pelabuhan Kota Bitung. Namun karena adanya kebijakan pembatasan jam operasi menurut Panai, banyak yang berpikir ulang untuk mensuplai barang ke Kota Bitung kerena alasan biaya dan kerugian karena barang mengalami keterlambatan pembongkaran.
“Barang biasanya hanya 2-3 hari sudah sampai ke pemilik namun karena ada kebijakan barang nanti sampai 1 minggu. Malah sejumlah kebutuhan yang diorder untuk kebutuhan Desember diperkirakan nanti masuk bulan Februari 2012 karena terhambatnya suplai ke sejumlah daerah di Sulut,” jelas Panai.
Hal senada juga dikuatirkan pihak pelabuhan petikemas Pelindo IV Kota Bitung. Dimana menurut Manager SDM dan Umum Pelabuha Petikemas Pelindo IV Kota Bitung, Mundzyr Salim, semenjak kebijakan pembatasan jam operasi kendaraan container diberlakukan suplai barang terhambat.
“Memang dalam beberapa hari ini trasportasi suplai barang sedikit terhambat dan kami kuatir ini akan berdampak buruk bagi roda perekonomian di Sulut, apalagi saat ini menjelang Desember yang biasanya permintaan kebutuhan pokok sangat meningkat namun barang masih bertumpuk di pelabuhan,” kata Salim.
Salim sendiri mengaku, pihaknya ikut juga bertanggung jawab soal distribusi barang ke sejumlah wilayah Sulut, terutama bahan-bahan Sembako. Namun mengingat saat ini para pengusaha container dan pengusaha angkutan tidak menerima penerapan kebijakan pembatasan jam operasi maka mau tidak mau distribusi harus terhambat.
“Kalau begini terus maka jelas perekonomian Sulut bisa lumpuh, karena rata-rata container masih tertahan. Padahal kami sudah berubaya untuk langsung membongkar jika ada kapal container yang masuk agar bisa lagsung disuplai namun dalam beberapa hari ini para sopir hanya mengangkut satu rit saja,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini, bukan hanya para pengusaha container, pengusahan agkutan, sopir dan buruh yang dirugikan namun pihaknya juga ikut merasakan kerugian. Bahkan Salim lebih kuatir soal dampaknya terhadap masyarakat yang tidak dapat lagi dengan mudah mendapatkan Sembako, apalagi dalam menghadapi hari raya Natal dan tahun baru.(en)