Manado – Dugaan penghapusan salah satu nama siswa dalam proses Peneriman Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Manado terdengar sampai ke telinga anggota DPRD Sulut yang duduk di Komisi 4 membidangi pendidikan, Rita Lamusu Manoppo.
Kepada BeritaManado.com, legislator Dapil Bolmong Raya (BMR) ini mengaku telah melakukan konfirmasi kepada Kepala Dinas Pendidikan Daerah Sulawesi Utara, dr. Grace Punuh.
“Setelah dapat kabar saya coba konfirmasi ke Kadis langsung. Kadis katakan akan melakukan crosscek langsung sekolah mana karena dalam berita tidak disebutkan sekolah dimaksud,” ungkap Rita Lamusu menirukan jawaban Kadis Diknas Sulut kepada BeritaManado.com, Rabu (10/7/2019).
Lanjut Rita Lamusu, kabar tersebut akan dipastikan terlebih dahulu, kalau memang benar akan dilakukan hearing bersama sekolah dimaksud.
“Kami akan panggil kepala sekolah melalui pimpinan komisi. Kalau memang benar terjadi sangat disayangkan karena mestinya guru apalagi kepala sekolah harus kerja profesional sesuai aturan. Jika terbukti sengaja harus diberikan sanksi,” tandas Lamusu.
Sebelumnya, Rita Lamusu menjelaskan, sistem zonasi merupakan sistem penerimaan siswa baru cukup baik.
“Namun harus dilandasi kejujuran dan keadilan sesuai aturan pihak sekolah dan wali murid atau calon siswa. Karena zonasi mengatur tidak terjadinya penumpukan siswa pada sekolah tertentu yang dianggap favorit,” tegas Lamusu.
Lanjut Rita Lamusu, melalui sistem zonasi semua sekolah akan menjadi favorit dan unggulan.
“Tentunya menjadi motivasi bagi sekolah meningkatkan kualitas siswa dan tenaga pengajarnya. Jikalau ada kekurangan dengan sistem ini kan nantinya akan dievaluasi kembali,” tandas Lamusu.
Diketahui, sebagaimana berita sebelumnya (https://bit.ly/2Y0xWT4), salah satu orang tua siswa yang mengalami hal ini, Mario Sanger menjelaskan, anaknya mendaftar di salah satu SMA negeri ternama di kota Manado karena bertepatan masuk zonasi.
Setelah mendaftar dan mengikuti tahapan penerimaan, anaknya dinyatakan lulus.
Pihak sekolah kemudian meminta para calon siswa yang lulus untuk datang mendaftar kembali pada beberapa hari kemudian.
“Kami kemudian datang, mendaftar kembali dan bahkan sudah menjalani tes kesehatan. Beberapa hari kemudian, kami diminta datang lagi katanya untuk verifikasi. Nah, saat itu kemudian anak kami dinyatakan tidak lulus, katanya nama anak kami dicoret oleh kepala sekolah,” ujar Mario.
(AnggawiryaZas)