Manado, BeritaManado.com — Sehari menjelang pencoblosan dalam Pemilihan Serentak 2020, hampir seluruh relawan OD-SK Jabodetabek turun mengamati dan mengawal pelaksanaan Pilkada provinsi serta kabupaten dan kota berlangsung aman, damai dan rahasia.
Dipimpin langsung Ketua Drs. Max R Boseke, Wakil Ketua Teddy Mateos serta Bendahara Revli Mandagie sejak tiba di airport Sam Ratulangie langsung memberikan briefing kepada para anggotanya yang berjumlah sekitar 25 orang untuk segera menyebar keberbagai lokasi pelaksanaan pemilihan dengan konsentrasi daerah yang berpotensi terjadinya kecurangan atau kelalaian memonitor sehingga ada oknum-oknum yang bisa bermain kotor dalam operasional penghitungan suara nanti.
Dalam beberapa kesempatan berjumpa dengan tokoh-tokoh masyarakat, kata Max Boseke, sering dilontarkan pertanyaan siapa calon yang akan dipilih nanti, hampir semua yang ditemui mengatakan akan tetap memilih OD-SK yang sudah terbukti dapat merealisasikan pembangunan fisik serta non fisik yang berlangsung dengan baik sejak awal kepemimpinan mereka.
“Memang ada terjadi perlambatan karena semua juga tahu dengan pandemi COVID-19 ini, namun dengan membandingkan daerah-daerah lain, Sulut sudah berada pada jalur yang benar menentukan arah pembangunan,” ungkap Boseke.
Hal yang sama juga dikatakan oleh penasihat relawan OD-SK Jabodetabek saat ditanya oleh media ini, kenapa ibu seorang perempuan tidak mensuport sesama perempuan yang akan menjadi pemimpin Sulut nanti?
“Beliau mengatakan, bahwa dari kedua lawan perempuan yang muncul ini belum menunjukkan arah kepemimpinan yang jelas, kita bisa melihat bagaimana mereka memimpin kedua kabupaten sekarang? Apa yang ditorehkan mereka?,” ujarnya menirukan.
Begitu juga dengan Sekretaris Relawan OD-SK Jabodetabek Lisye Sumakud mengatakan, dirinya akan memihak perempuan yang menjadi pemimpin Sulut nanti bila sudah jelas perempuan tersebut lahir dari sejak muda sudah terjun sebagai aktifis/politisi kayak Hillary Lasut.
“Daripada perempuan yang tiba-tiba instan membawa uang sekarung dan mencalonkan diri sebagai pemimpin daerah hanya dengan bermodalkan uang dan kecantikan tanpa isi kepala yang berkualitas serta moralitas yang terjaga dengan baik karena Sulut adalah provinsi yang menjaga nilai-nilai etika serta moralitas agamis,” tutur kedua perempuan yang aktif juga di KOWANI Pusat.
Mereka menjelaskan, sejak menyebar di beberapa kabupaten kota yang mengadakan Pemilihan Serentak, memang masyarakat pemilih terbagi menjadi beberapa klaster kecenderungan memilih figur.
“Mereka tanpa melihat dia datang dari partai yang mana. Memang masih ada pemilih tradisional yang tidak melihat figur yang diusung oleh partai. Namun secara keseluruhan pemilih Sulut sudah sangat cerdas untuk menentukan sikap, dimana dia harus memilih calon yang memiliki kapasitas serta kapabilitasnya sudah teruji,” tutupnya.
(***/AnggawiryaMega)