Minut, BeritaManado.com – Kecintaan Truitje Pangkerego Supit untuk pelestarian budaya lokal tidak dapat diragukan.
Bahkan dalam perayaan ulang tahun ke-79, Sabtu (1/12/2018) kemarin, mami Truitje-sapaan akrabnya, menghadirkan sejumlah budaya daerah seperti Tari Lililoyor, Tatambaken Tumaluntung, Maengket Kendis Warukapas, permainan musik kolintang serta alur ibadah yang kental dengan bahasa Tonsea.
“Harapan supaya kita mengangkat kembali budaya yang sudah mulai hilang. Seperti bahasa Tonsea sudah mulai pudar, saya ingin Bahasa Tonsea dapat dilestarikan, masuk dalam kurikulum muatan lokal,” ujar Penasehat Dewan Kesenian Minut itu.
Anggota Komisi III Bidang Kebudayaan Majelis Adat Minahasa ini berharap, anak muda sebagai generasi penerus bangsa bisa ikut melestarikan budaya lokal di tengah kuatnya pengaruh asing yang masuk.
“Karena itu sejak tahun 2013 saya mendirikan Sanggar Lumaya di Desa Warukapas. Disini anak-anak sampai lanjut usia berlatih menari tari-tarian adat serta musim kolintang,” tutup ibu kandung dari pejabat Minut Dra Femmy Pangkerego MPd ME.
Hadir dalam ibadah syukur tersebut anggota Keluarga Besar Purba Adhyaksa (KBPA), Paimpuluan Ne Tonsea, grub dance, kelompok Lansia Pasungkudan Kecamatan Dimembe, Bupati Minut periode 2010-2015 Drs Sompie Singal bersama istri, Ketua Solidaritas Penambang di Tanah Tonsea (Sobat) Minut Henry Walukouw dan istri, Komisaris BRI Jeffry Wurangian serta undangan lainnya.
(Finda Muhtar)
Minut, BeritaManado.com – Kecintaan Truitje Pangkerego Supit untuk pelestarian budaya lokal tidak dapat diragukan.
Bahkan dalam perayaan ulang tahun ke-79, Sabtu (1/12/2018) kemarin, mami Truitje-sapaan akrabnya, menghadirkan sejumlah budaya daerah seperti Tari Lililoyor, Tatambaken Tumaluntung, Maengket Kendis Warukapas, permainan musik kolintang serta alur ibadah yang kental dengan bahasa Tonsea.
“Harapan supaya kita mengangkat kembali budaya yang sudah mulai hilang. Seperti bahasa Tonsea sudah mulai pudar, saya ingin Bahasa Tonsea dapat dilestarikan, masuk dalam kurikulum muatan lokal,” ujar Penasehat Dewan Kesenian Minut itu.
Anggota Komisi III Bidang Kebudayaan Majelis Adat Minahasa ini berharap, anak muda sebagai generasi penerus bangsa bisa ikut melestarikan budaya lokal di tengah kuatnya pengaruh asing yang masuk.
“Karena itu sejak tahun 2013 saya mendirikan Sanggar Lumaya di Desa Warukapas. Disini anak-anak sampai lanjut usia berlatih menari tari-tarian adat serta musim kolintang,” tutup ibu kandung dari pejabat Minut Dra Femmy Pangkerego MPd ME.
Hadir dalam ibadah syukur tersebut anggota Keluarga Besar Purba Adhyaksa (KBPA), Paimpuluan Ne Tonsea, grub dance, kelompok Lansia Pasungkudan Kecamatan Dimembe, Bupati Minut periode 2010-2015 Drs Sompie Singal bersama istri, Ketua Solidaritas Penambang di Tanah Tonsea (Sobat) Minut Henry Walukouw dan istri, Komisaris BRI Jeffry Wurangian serta undangan lainnya.
(Finda Muhtar)