Manado, BeritaManado.com — Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menggulung ribuan tenaga kerja akibat pandemi COVID-19.
Berbeda dengan tenaga kerja upahan, nelayan adalah salah satu profesi yang tetap eksis di tengah bencana nasional non alam ini.
Sebagaimana penuturan para nelayan tradisional di pesisir pantai Kelurahan Malalayang Dua Lingkungan Satu yang masih aktif menangkap ikan sebagai sumber penghasilan mereka.
Ance Kadir (49) mengatakan sampai sekarang masih bisa menghidupi keluarga dengan hasil nelayannya dalam situasi COVID-19.
“Jika lagi musim ada ikan bisa dapat penghasilan sekitar dua ratus ribu sampai tiga ratus ribu rupiah,” kata Ance Kadir kepada BeritaManado.com, Kamis (30/4/2020) sore.
Tetapi menurut Ance yang saat itu sedang bersiap untuk turun melaut, tidak selamanya bisa pulang membawa hasil dari melaut.
“Jika arus air laut lagi kencang atau sudah muncul bulan terang di langit hasil tangkapan sedikit apalagi kalau lagi angin kencang dan ombak tinggi otomatis tidak bisa turun melaut,” ujar Ance Kadir.
Ditambahkannya, menjadi tantangan saat menjual ikan hasil tangkapan di situasi COVID-19.
“Bayangkan istri harus keliling masuk lorong keluar lorong menjunjung loyang di kepala, gunakan masker sambil teriak ikang eeee dan terkadang harus berhadapan dengan pembeli yang cerewet bertanya ikan ini tidak ada virus corona?,” keluhnya.
Dari sisi perlengkapan, perahu dan mesin katinting menjadi modal utama bagi nelayan di pesisir pantai Malalayang ini.
“Setiap malam dibutuhkan sekitar 5 liter bensin,” jelas David Kiwu pria bujangan yang saat itu sedang membantu menyiapkan perlengkapan nelayan Ance Kadir.
Sementara Daniel Silangen, kepala rumah tangga yang menghidupi istri dan anaknya dari hasil nelayan berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan nasib para nelayan di tengah COVID-19.
“Semoga saja pemerintah ada perhatian khusus, selain sembako mungkin ada bantuan berupa uang untuk beli bensin dan peralatan nelayan agar kami bisa bertahan di tengah bencana ini,” ucap Daniel Silangen.
Aktifitas para nelayan umumnya mereka turun melaut sekitar jam 5 sore dan akan kembali pada besok hari jam 7 pagi.
Ada banyak tantangan dan resiko yang harus mereka hadapi saat berada dilaut, berupa hujan, angin kencang dan ombak tinggi yang bisa saja datang secara tiba-tiba.
“Ini bisa terjadi kapan saja, hanya doa yang menjadi kekuatan kami,” ucap Daniel Silangen sambil tersenyum.
Perlu diketahui, sore menjelang malam saat usai mewawancarai nelayan dan Ance Kadir sudah berada dilaut, angin kencang diikuti hujan lebat datang tiba-tiba tepat seperti yang dikatakan oleh Daniel Silangen.
(BennyManoppo)