Minsel, BeritaManado.com – Peningkatan jalan penghubung antar Kecamatan di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) kuat dugaan dibangun asal jadi.
Pasalnya, jalan yang baru selesai dikerjakan di penghujung tahun dan dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2022 Kabupaten Minahasa Selatan senilai Rp 6,6 milyar lebih ini, banyak bagian yang rusak.
Jalan yang sempat ditelusuri oleh salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Minahasa Selatan ini, juga terlihat pembangunan gorong-gorong yang diduga asal jadi dan hanya ditutupi material tanpa dilakukan pengaspalan.
Tak hanya itu, dari penelusuran wartawan di jalan penghubung antar Kecamatan yang sudah diinspeksi oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Minsel tersebut hanya diaspal tak sampai 3 km, sedangkan sekitar 600 m dilakukan perkerasan.
Tak dicantumkan panjang peningkatan jalan yang harus dilakukan dalam papan proyek pekerjaan ini, menyebabkan warga tak bisa mengetahui apakah jalan ini sudah selesai atau belum.
Selain itu, jalan penghubung antar Kecamatan tersebut tampak menyempit di sejumlah lokasi dan mengakibatkan pengendara roda empat (mobil) harus ekstra hati-hati jika melintas di jalan ini, apalagi jika berpapasan dengan kendaraan lain.
Sementara, Kepala Dinas PU yang coba dijumpai wartawan beberapa waktu lalu, ternyata enggan menerima wartawan yang hendak melakukan konfirmasi.
“Maaf, Bapak tak bisa menemui kalian. Ada kegiatan zoom meeting yang harus diikuti,” kata salah seorang staf Dinas PU, beberapa waktu lalu.
Sementara, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pelopor Angkatan Muda Indonesia Perjuangan (PAMI-P) melalui Wakil Ketua DPD PAMI-P Sulawesi Utara, Yuni Koagow saat dihubungi wartawan pada Jumat (03/03/2022) meminta pihak berwenang Minsel untuk memanggil dan memeriksa kontraktornya.
“Pembangunan jalan itu kami duga sangat minim pengawasan, sehingga mengakibatkan jalan tersebut asal jadi,” kata Yuni.
Dikatakannya, jalan itu sebenarnya sangat dibutuhkan masyarakat karena akan memudahkan mengeluarkan hasil pertanian dan perkebunan.
“Dengan anggaran sebesar Rp 6,6 milyar lebih, seharusnya jalan itu harus lebih baik lagi. Kami berharap pengawasan pembangunan harus lebih ketat lagi untuk menghindari kejadian seperti ini,” pungkasnya.
TamuraWatung