Manado — Persiapan jelang Idul Fitri 2022 berhasil mendorong tekanan inflasi di 2 kota yang ada di Sulawesi Utara, yaitu Manado dan Kotamobagu.
Jika pada Maret 2022 inflasi Kota Manado 0,40 persen dan Kota Kotamobagu 0,87 persen, maka pada April 2022 (mtm) tercatat inflasi masing-masing sebesar 1,55% (mtm) dan 1,43% (mtm).
Sedangkan secara tahunan, inflasi Kota Manado tercatat sebesar 2,19 persen (yoy), dan Kota Kotamobagu sebesar 3,33 persen (yoy), berada pada rentang sasaran inflasi nasional yang sebesar 3±1% (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara (KPw BI Sulut) Arbonas Hutabarat mengatakan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi masih menjadi pendorong utama tekanan inflasi di Manado dengan total andil sebesar 1,44 persen (mtm).
“Sejalan dengan adanya libur nasional dan cuti bersama yang lumayan panjang, maka komoditas angkutan udara menjadi komoditas pendorong inflasi tertinggi. Apalagi bagi pelaku perjalanan yang sudah 3 kali vaksin, ada kebijakan relaksasi,” ujar Arbonas.
Sementara itu, dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, inflasi didorong oleh komoditas minyak goreng, tomat, air kemasan, dan komoditas perikanan seperti ikan cakalang dan ikan malalugis.
Jelang Idul Fitri, tingkat konsumsi diketahui makin tinggi, ditambah dengan cuaca yang mulai kurang bersahabat sehingga mengakibatkan kurangnya pasokan.
Tidak jauh berbeda, kelompok tersebut juga menjadi pendorong utama inflasi umum Kotamobagu yang tercatat sebesar 1,43% (mtm).
Di Kotamobagu, daun bawang, perikanan (ikan cakalang dan malalugis), minyak goreng, dan tomat juga menjadi pendorong inflasi.
Sama halnya dengan fenomena di Manado, komoditas ikan cakalang dan ikan malalugis juga menjadi pendorong inflasi di Kotamobagu dengan andil masing-masing 0,22% (mtm) dan 0,11% (mtm).
Arbonas pun menjelaskan, secara umum terdapat beberapa risiko pendorong dan penahan inflasi di Sulawesi Utara terutama Kota Manado dan Kota Kotamobagu pada bulan Mei 2022 ini.
“Selain harga minyak goreng yang masih akan berpengaruh, dari sisi komoditas inti, risiko peningkatan inflasi dari adanya peningkatan tarif PPN dan berakhirnya insentif PPnBM diperkirakan dapat meningkatkan harga berbagai komoditas seperti barang elektronik dan kendaraan bermotor. Namun di sisi lain, normalisasi aktivitas dan konsumsi masyarakat pasca Idul Fitri 2022 serta normalisasi harga angkutan udara diperkirakan dapat menahan laju tekanan inflasi Mei 2022,” ungkap Arbonas.
Itu sebabnya, Arbonas berharap, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulawesi Utara terus ditingkatkan.
“Bank Indonesia Sulawesi Utara akan terus berpartisipasi aktif dalam TPID salah satunya melalui pelaksanaan Survei Pemantauan Harga (SPH) dan update Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat diakses melalui https://hargapangan.id. Itu harga real-time,” kata Arbonas.
(srisurya)