Touluaan, BeritaManado.com – Awal Tahun 2020 ini, Dinas Pariwisata Minahasa Tenggara (Mitra) memulai kerja mereka dengan mengunjungi tempat pemandian air panas Dano Kelewaha di Desa Lobu Satu Kecamatan Touluaan, Jumat (3/1/2020).
Kunjungan ini dilakukan guna meninjau serta mengukur lokasi Dano Kelewaha yang akan dihibahkan warga setempat kepada Pemerintah Kabupaten Mitra untuk dijadikan destinasi wisata pemandian air panas.
Hal ini jelas menjadi ‘kado spesial’ bagi Pemkab Mitra dari warga setempat di tahun baru ini.
“Ini awal kerja kami Dinas Pariwisata di Tahun 2020, untuk melaksanakan pengukuran lahan yang dihibahkan warga, guna dijadikan destinasi wisata pemandian air panas,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Mitra Sartje Taogan.
Dijelaskannya, bersama pemilik lahan kakak beradik Markus Tampongangoy dan Jery Tampongangoy, serta Hukum Tua Desa Lobu Satu Max Harto Umar, pihaknya langsung mengunjungi lokasi guna mengukur lahan yang akan dihibahkan.
“Tentunya kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih bagi warga pemilik lahan ini yang telah bersedia menghibahkan tanah mereka bagi Pemkab Mitra untuk dijadikan destinasi wisata,” tandasnya.
Adapun di Tahun 2020 ini, Pemkab Mitra memang memprioritaskan untuk pembangunan sektor pariwisata dan bak gayung bersambut, hibah tanah ini menjadi salah satu bentuk dukungan warga dalam pengembangan dunia pariwisata.
“Mudah-mudahan hibah tanah seluas 90 × 50 meter persegi ini bisa berjalan dengan baik. Ke depan potensi wisata di tempat ini akan menjadi salah satu destinasi wisata yang bakal kita kembangkan,” tukasnya.
Adapun menurutnya, Dano Kelewaha memiliki prospek yang baik dan potensial untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Mitra.
“Ternyata bagi kalangan warga lokal, lokasi ini sudah cukup dikenal. Sebab dalam kunjungan ini, diperkirakan 150 warga yang datang mandi di air panas ini sejak pagi hingga sore. Makanya saya yakin jika ditata dengan baik dan dilengkapi dengan fasilitas wisata yang menunjang maka bakal menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Mitra,” pungkasnya.
(Jenly Wenur)