Penulis: Frangki Wullur, SE.Par
Tondano, BeritaManado.com — Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) membuat sendi-sendi kehidupan masyarakat menjadi terhambat, sehingga membuat roda ekonomi tidak berputar secara normal seperti biasanya, salah satunya yaitu sektor pariwsiata Kabupaten Minahasa.
Adanya COVID-19 mendorong masyarakat yang punya hobi jalan-jalan, penikmat kuliner dan lain sebagainya sebagian besar mengurungkan niatnya untuk bepergian lantaran wabah ini menjadi momok menakutkan.
Hal itu semakin diperkuat dengan adanya himbauan pemerintah untuk menunda rencana bepergian, hindari kerumunan banyak orang dan lain sebagainya, dimana intinya bahwa masyarakat dihimbau untuk lebih banyak waktu berada di rumah.
Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada dua sisi, yaitu pelancong ataupun wisatawan dan tentu saja pengusaha yang terjun langsung dalam bisnis di dunia pariwisata ini, seperti hotel/penginapan, restoran, tempat hiburan, guide dan lain sebagainya.
Dari sisi pelancong atau wisatawan setidaknya akan cukup merasa stress karena sebagian besar waktu harus dihabiskan berada di dalam rumah, sementara dari sisi pengusaha pariwisata itu sendiri mungkin ada yang melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap beberapa karyawannya karena tidak mampun menutupi biaya operasional dan membayar gaji karyawan.
Dalam hal ini menjadi harapan bersama bahwa Pandemi COVID-19 ini akan segera berakhir atau jika memang masih berkepanjangan, artinya masyarakat harus siap menghadapi tatanan kehidupan normal baru (New Normal).
Jika new normal jadi diberlakukan, maka itu artinya akan kembali membuka ruang investasi di sektor pariwiasta yang sempat lesu bahkan tutup.
Dalam hal ini juga masyarakat secara sadar sangat diharapkan tetap mematuhi aturan ataupun anjuran pemerintah, karena jika hanya urusan menggunakan masker saja tidak diindahkan, bukan tidak mungkin wabah Pandemi COVID-19 akan kembali melanda, tak terkecuali di Kabupaten Minahasa.
Secara lebih spesifik dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Minahasa harus memiliki perencanaan yang matang, meski sebagian besar energi terkuras untuk penanganan COVID-19 ini.
Pejabat teknis di beberapa instansi terkait termasuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sudah harus punya rencana kerja.
Pada masa work from home ini, para pejabat teknis bisa menyisihkan waktu satu jam saja setiap hari dalam seminggu untuk merancang program kerja dengan berbagai opsi.
Dengan demikian, jika work from office kembali seperti biasa, instansi terkait atau pemerintah tidak akan lagi memulai dari angka nol pekerjaannya, melainkan bisa langsung action, karena sudah ada program kerja yang ditetapkan.
Jadi kesimpulannya, Pandemi COVID-19 ini tidak menghalangi kita untuk menghasilkan ide-ide cemerlang untuk pembangunan di sektor pariwisata.
(Frangki Wullur)