Tomohon, BeritaManado.com — Ada cara unik dan tak lazim dilakukan oleh empat roang Misionaris Hati Kudus (MSC) pada momentum perayaan syukur HUT tahbisan imamat dan tahbisan episcopal.
Mereka yang berbahagia adalah Uskup Emeritus Manado Mgr Yoseph Suwatan MSC, Pastor Johanis Mangkey MSC, Pastor Fransiskus Mandagi MSC dan Pastor Theodorus Rumondor MSC, Rabu (29/6/2022).
Mgr Yoseph Suwatan MSC diketahui merayakan 32 tahun Tahbisan Episkopal sebagai Uskup Manado, Pastor Johanis Mangkey MSC 41 tahun imamat, Pastor Fransiskus Mandagi MSC 40 tahun imamat dan Pastor Theodorus Rumondor MSC 38 tahun imamat.
Perayaan syukur tersebut diselenggarakan secara sederhanya di Tomohon dengan dihadiri oleh sejumlah pastor, diantaranya Rektor Seminari Xaverius Kakaskasen Pastor Hadi Ignatius Untu MSC, Pastor Berty Tijow MSC dan Superior Daerah MSC Wilayah Sulawesi dan Kalimantan Pastor Herry Purasa MSC serta kerabat dan keluarga para imam yang bersyukur.
Pastor Johanis Mangkey MSC yang memimpin misa syukur dalam khotbahnya menyampaikan kilas balik panggilan menuju imamat suci dengan banyak perjuangan, dimana pada intinya bahwa dari semua pengalaman selama 41 tahun menjadi seorang imam MSC ada begitu banyak suka duka.
“Saya pribadi bersyukur atas segala cinta dan doa dari keluarga, kerabat dan siapa saja yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan. 41 tahun adalah rentang waktu untuk tetap bersyukur atas penyertaan Tuhan sehingga saya dan teman-teman imam lainnya bisa setia hingga saat ini dalam panggilan imamat suci,” ungkap Pastor Johanis Mangkey MSC.
Demikian juga dengan Pastor Fransiskus Mandagi MSC dan Pastor Theodoorus Rumondor MSC yang sama-sama memberikan sharing pengalaman menjalankan tugas penggembalaan umat di sejumlah paroki dalam dan luar Sulawesi.
Pada bagian yang sama, Mgr Yoseph Suwatan MSC juga tak mau kalah dengan ketiga imam MSC, dimana dikisahkan bahwa perjalanan menuju imamat suci harus melalui jalan yang tak lazim.
“Saya dahulu kuliah untuk mendalami bidang ilmu farmasi, namun pada suatu saat dipertemukan dengan sebuah momentum kecelakaan seorang imam di. Secara spontan seperti ada suara hati bahwa saya harus menggantikan imam tersebut. Sekian lama saya bergumul, sampailah pada suatu kesempatan dimana saya harus berkata terus terang kepada orangtua saya melalui sepucuk surat yang dikirimkan melalui seorang suster,” ungkap Mgr Yoseph Suwatan.
Dalam surat balasan orangtua, Mgr Yoseph Suwatan akhirnya mendapatkan restu dari sang ayah dan segera memustuskan untuk mengundurkan diri dari dunia perkuliahan sekaligus pamitan dengan teman-teman.
“Meski sempat ditertawakan oleh teman-teman kuliah, saya tetap mengikuti kata hati untuk menempuh pendidikan calon imam, bahkan sampai pada suatu saat di saat hendak menikmati masa cuti mendapatkan kabar mengejutkan dari Vatikan melalui Duta Besar di Jakarta, bahwa saya ditunjuk untuk menjadi Uskup di Manado,” tutur Mgr Yoseph Suwatan MSC.
Pastor Johanis Mangkey MSC adalah salah satu saksi dari perjalanan Mgr Yoseph Suwatan MSC menjadi Uskup Manado dari jabatan sebelumnya sebagai Provinsial MSC Indonesia.
“Awalnya saya telah mengatur tiket kapal laut beliau dari Ambon ke Balik, tapi tiba-tiba diminta untnuk segera dirubah dengan tujuan Jakarta. Mesi sempat bertanya-tanya, namun akhirnya saya paham bahwa ternyata tujuan ke Jakarta adalah untuk mempersiapkan diri mengemban tugas sebagai Uskup Manado.
Atas segala pengalaman hidup tersebut, Mgr Yoseph Suwatan MSC bersama tiga imam lainnya membubuhkan tanda tangan di atas sebuah batu beserta tulisan angka sesuai jumlah tahun perayaan HUT tahbisan Uskup dan imamat.
Pada akhirnya, Pastor Johanis Mangkey mengungkapkan bahwa sebagai seorang misionaris Hati Kudus Yesus, akan tetap berpaya sekuat tenaga mempertahankan jalan panggilan hidup sebagai seorang imam MSC untuk menjadi berkat bagi banyak orang.
(Frangki Wullur)