Pineleng, BeritaManado.com – Pastor Paroki St Fransiskus Xaverius Pineleng, Johanis Salaki MSC, menekankan akan teladan melayani yang diwariskan Yesus sendiri kepada para murid-muridnya dalam perayaan Kamis Putih, Kamis (28/3/2024).
Perayaan kali ini mengangkat tema “Mengenang Perjamuan Tuhan” dan mengambil bacaan Firman Tuhan dari Keluaran 12:1-8.11-14, 1 Korintus 11:23-26, dan Injil Yohanes 13:1-15.
Hari Kamis Putih atau Mengenang Perjamuan Tuhan merupakan tradisi Gereja Katolik pada setiap hari Kamis menjelang pesta Paskah.
Sebab sebelum menderita, Yesus mengadakan perjamuan makan dengan murid-murid-Nya.
Dalam momen tersebut, Yesus tidak hanya memberi makan, tetapi juga membasuh kaki kedua belas murid-Nya sebagai simbol pengorbanan dan pelayanan.
“Pesan Tuhan ini terpatri dalam hidup beriman kita sebagai orang Katolik. Selain perjamuan terakhir itu yang harus dikenang dan dilakukan terus menerus, lebih penting adalah Yesus merujuk pada satu hal yang lebih tinggi, yakni bentuk pengorbanan dalam sikap saling melayani,” ungkap Pastor Johanis.
Dahulu, perbasuhan kaki biasa dilakukan para budak kepada majikannya.
Namun dalam peristiwa ini, Yesus membasuh kaki para murid-Nya sebagai simbolisasi atas sifat yang patut diteladani, yaitu merendahkan hati bagi orang lain.
Bahkan Yesus pun mau membasuh kaki murid yang kelak mengkhianati-Nya yaitu Yudas Iskariot.
Peristiwa perjamuan terakhir ini bukan hanya mengingatkan akan pengorbanan Yesus, tetapi juga menegaskan pentingnya merendahkan hati bagi sesama.
Dalam Gereja Katolik, momen ini dijadikan simbol pembersihan diri dan pembaharuan hidup untuk meninggalkan dosa dan memulai hidup baru.
“Makna yang bisa kita dapat dalam perayaan ini adalah bagaimana kita mau mengekspresikan setiap kita mengikuti perjamuan di Gereja, menerima tubuh dan darah Tuhan, dapat dipraktikkan dalam kehidupan kita dengan melayani penuh cinta kasih satu sama lain,” pungkasnya.
Altar dihiasi secara sederhana pada Hari Kamis Putih, menggambarkan kesederhanaan dan keheningan dalam mengenang peristiwa tersebut.
Perjamuan terakhir Yesus bukanlah momen keputusasaan dan kesedihan, melainkan penuh keakraban, persaudaraan, dan penuh makna, sebagai simbol penyerahan hidup-Nya untuk keselamatan umat manusia.
Dengan mengenang perjamuan ini, umat Katolik diharapkan untuk terus melayani sesama dengan cinta kasih dan merendahkan hati demi kepentingan bersama.
Perayaan ini mengajak umat Katolik untuk merefleksikan bagaimana menerima Tubuh dan Darah Tuhan dalam perjamuan Gereja, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kasih dan pelayanan kepada sesama.
(jenlywenur)