Manado, BeritaManado.com — Pergerakan harga Kelompok Makananan, Minuman dan Tembakau menjadi faktor penggerak Indeks Harga Konsumen (IHK) baik di Manado maupun di Kotamobagu pada Oktober 2020.
Kota Manado mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm) sementara kota Kotamobagu mencatat deflasi sebesar 0,18 persen (mtm).
Dengan demikian, inflasi tahunan Manado dan Kotamobagu masing-masing tercatat sebesar -1,19 persen (yoy) dan sebesar 2,80 persen (yoy).
Inflasi tahunan Manado tersebut berada dibawah rentang target inflasi nasional 3±1 persen
(yoy), adapun inflasi Kotamobagu masih bergerak dalam rentang target dimaksud.
Secara nasional, IHK bulan Oktober 2020 tercatat inflasi sebesar 0,07 persen (mtm), dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 0,95 persen (ytd) dan laju inflasi tahunan sebesar 1,44 persen (yoy), juga berada dibawah rentang target inflasi nasional tahun ini.
Jika dilihat dari kelompok penyusunnya, pergerakan harga di Manado sebagian besar digerakkan oleh kelompok Transportasi serta kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau.
Indeks harga Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau mengalami inflasi sebesar 0,84 persen dan memberikan kontribusi sebesar 0,24 persen (mtm).
Pembalikan harga komoditas strategi Barito (Bawang Merah, Rica dan Tomat) dan lemon menjadi faktor pendorong utama tekanan inflasi kelompok tersebut di Kota Manado.
Pembalikan harga komoditas cabai rawit dan bawang merah memberikan tekanan inflasi setelah mengalami deflasi pada bulan Juli-September 2020.
Sementara itu, penurunan pasokan cabai rawit memberikan tekanan inflasi melalui kenaikan harga cabai rawit.
Meski memberikan tekanan inflasi yang cukup kuat, penurunan IHK pada kelompok Transportasi menahan inflasi Kota Manado yang lebih tinggi.
Penurunan harga terutama terjadi pada tarif angkutan udara dan tarif kendaraan roda empat online.
Stimulus pemerintah untuk membebaskan biaya pelayanan jasa penumpangan pesawat udara (PJP2U) yang berlaku untuk 13 bandara termasuk bandara Sam Ratulangi sejak 23 Oktober 2020 menjadi sumber penurunan tarif angkutan udara di Manado terutama pada minggu ke empat.
Sementara itu, fenomena yang berbeda terjadi di Kotamobagu.
Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang memberikan tekanan inflasi di Manado justru menjadi faktor penyebab utama deflasi di Kotamobagu.
Penurunan harga komoditas-komoditas perikanan terutama ikan cakalang, ikan tongkol dan cakalang diawetkan menjadi penyebab deflasi dengan kontribusi deflasi sebesar 0,61 persen (mtm) dari total deflasi umum sebesar 0,18 persen (mtm).
Penurunan harga komoditas perikanan terjadi seiring anomali cuaca yang relatif masih terbatas sebagaimana ditunjukan dengan rendahnya curah hujan pada Oktober 2010.
Meski demikian, kenaikan harga cabai rawit, bayam, daun bawang dan daging ayam ras menahan penurunan harga yang lebih dalam pada kelompok tersebut.
Sementara itu, sepuluh kelompok Iainnya relatif bergerak lebih moderat dibandingkan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau.
Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara memandang, meningkatnya tekanan inflasi di Kota Manado memberikan indikasi awal peningkatan permintaan masyarakat.
“Aktivitas sosial ekonomi kembali cenderung berada dalam tren positif pada Oktober 2020 setelah pada sebelumnya stagnan,” ujar Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut), Arbonas Hutabarat dalam siaran pers resminya yang diterima BeritaManado.com, Selasa (3/11/2020).
Rata-rata Google Mobility Index untuk Sulawesi Utara pada Oktober 2020 terutama untuk kategori grosir dan farmasi telah mencapai angka positif atau sudah berada setidaknya serupa dibandingkan Ievel aktivitas pra Covid-19.
Kenaikan akitivitas sosial-ekonomi masyarakat diperkirakan akan terus berlanjut dalam dua bulan terakhir di tahun 2020.
Kenaikan aktivitas masyarakat tentu akan berdampak pada peningkatan permintaan yang kemudian ditransmisikan pada tekanan inflasi.
Peningkatan permintaan di akhir tahun juga ditunjukan oleh pola historis inflasi Kota Manado dalam 5 tahun terakhir.
Meski cenderung meningkat, tekanan inflasi diperkirakan masih relatif terkendali seiring ketersediaan stok pangan strategis yang terjaga.
Ke depan, pengendalian inflasi tidak dapat dilepaskan dari pergerakan aktivitas ekonomi.
Kurva kasus aktif Covid-19 Sulawesi Utara perlu terus ditekan hingga titik terendah, sehingga akan mendorong aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat Sulut.
Meski berisiko memberikan tekanan inflasi, peningkatan aktivitas tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, Bank Indonesia memandang bahwa upaya bersama serta sinergi seluruh Dinas dan Kementerian/Lembaga terkait untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis perlu
dilakukan dalam pengendalian inflasi di tengah potensi peningkatan permintaan.
Ketersediaan pasokan dan manajemen stok pangan akan Iebih efektif dan efisien bila dilakukan antar daerah dengan memanfaatkan sumber daya daerah yang berlebih.
Arbonas Hutabarat mengatakan, koordinasi lintas TPID kabupaten/kota terutama dengan TPID di wilayah produsen pangan penting diperkuat untuk mengantisipasi potensi permasalahan pasokan, distribusi maupun keterjangkauan harga secara dini.
“Selain itu salah satu langkah strategis yang potensial adalah dengan membangun Kerjasama Antar Daerah (KAD), yang diharapkan akan mendukung terciptanya mekanisme perdagangan komoditas strategis yang Iebih efisien di Manado dan Kotamobagu,” kata Arbonas.
(***/srisurya)