Tompaso – Tepat didepan batu besar dibawah bangunan seperti gasebo tampak seorang pria berumur sekitar 40-an tahun sementara melaksanakan ritual mengundang leluhur pada dotu tou Minahasa.
Pria tersebut yang datang bersama teman-temannya berusia 20 hingga 50 tahun terus berbicara dibawah alam sadar mengeluarkan suara seperti suara kakek alias opa menggunakan bahasa makatana.
Ternyata suara orang tua yang keluar dari mulut pria tersebut adalah suara dotu Toar, salah-satu dotu yang “mendiami” Watu Pinawetengan.
“Kalau yang tadi itu suara dotu Toar. Dari ucapannya dia berpesan kepada mereka (orang-orang yang melaksanakan ritual) untuk menghentikan pola hidup tidak baik seperti kebiasaan minuman keras serta menyayangi keluarga masing-masing,” jelas Arie Ratumbanua, penjaga situs budaya Watu Pinawetengan.
Menarik, setelah itu seorang pria lebih muda berusia sekitar 30 tahun dari kelompok yang sama ganti melakukan ritual.
Tak hitung lama tubuh pria muda tersebut dimasuki roh kemudian dia terus berkata-kata mengucapkan bahasa isyarat.
Ternyata roh yang masuk ke pria muda tersebut adalah roh dari dotu Siouw Kurur, dotu bisu tidak bisa berbicara sehingga dari mulut pria itu hanya keluar bahasa-bahasa isyarat.
“Yang masuk ke pria yang kedua tadi itu opo bisu yakni dotu Siouw Kurur,” tutur Arie Ratumbanua sambil menunjuk batu dotu Siouw Kurur yang terletak disamping kanan diluar gasebo.
Watu Pinawetangan atau lebih dikenal dengan Batu Pinabetengan di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa tak pernah sepi dari kunjungan masyarakat.
Menarik, batu peninggalan leluhur dotu-dotu Minahasa ini selain ramai dikunjungi wisatawan juga sering dimanfaatkan oleh berbagai kelompok masyarakat adat untuk melaksanakan ritual.
Seperti pantauan BeritaManado.com, Minggu (20/11/2016) sore, tampak beberapa kelompok masyarakat dari organisasi adat melaksanakan ritual di batu utama yakni batu paling besar di kompleks situs budaya yang diresmikan Gubernur Sulut H.V Worang pada 1 Desember 1974 ini.
“Kami bukan ingin menyembah batu atau menyembah berhala, ritual ini sebagai implementasi kita tou Minahasa menghargai leluhur dotu-dotu kita sekaligus meminta kebajikan dan perlindungan kita menjalani kehidupan,” ujar Donald, salah-satu pengunjung.
Diketahui, untuk melaksanakan ritual atribut yang digunakan didominasi warna merah. Kelompok masyarakat yang akan melaksanakan ritual biasanya akan membukanya dengan doa dan pembacaan kitab suci. Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan untuk ritual diantaranya: telur ayam, pinang, nasi bungkus, cap tikus, tawaang, rokok, kemenyan, cincin batu akik, tongkat, keris dan sejumlah bahan lainnya. (JerryPalohoon)
Baca juga berita terkait Watu Pinawetengan:
- Undang Arwah Watu Pinawetengan, Mistis?? Ini Jawabannya…
- Sub Etnis Bantik Pimpin Ritual di Watu Pinawetengan
- VIDEO: Heboh !!! Kepala diikat Kain Merah, Bule Ini Gelar Ritual di Watu Pinabetengan