Manado, BeritaManado.com – Lokalate, minuman kopi Indonesia yang unik, cocok untuk menemani aktivitas sehari-hari dan menjadi #SobatMelekGue, mengadakan Talkshow NgopInspirasi di Sulawesi Utara, dengan tema “Membangun Organisasi yang Inklusif”.
Talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat Sulawesi Utara, terutama anak muda atau millenials mengenai inklusivitas yang dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif komunitas dan perspektif korporasi.
Diadakan secara hybrid pada Sabtu (12/6/2021), bertempat di Second Chance Café Manado dan melalui zoom meeting, kegiatan ini dihadiri oleh beberapa komunitas, antara lain Second Chance Café Manado, Maleosan.id, Komunitas Kaleb Sulawesi Utara, dan Genpi Sulawesi Utara.
Second Chance Café Manado, merupakan kafe yang baristanya adalah mantan narapidana.
Second Chance Café Manado berada di bawah naungan Inspire Indonesia yang bertujuan untuk membina mantan narapidana agar memiliki skill sehingga dapat kembali lagi secara normal ke masyarakat umum.
Komunitas Maleosan, merupakan komunitas pengembangan potensi diri generasi muda di Sulawesi utara yang memiliki nilai #bakukenalbakubantu, yang memiliki anggota mayoritas mahasiswa.
Komunitas Kaleb Sulut, adalah komunitas difabel tuna rungu yang berpusat di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Komunitas Kaleb Sulut memiliki kafe yang mayoritas baristanya merupakan penyandang tuna rungu.
Genpi Sulut, merupakan komunitas yang dibina langsung oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia yang bertujuan untuk mengkampanyekan tempat-tempat dan potensi pariwisata hingga ekonomi kreatif di Sulawesi Utara.
Mardi Wu, CEO Nutrifood yang merupakan produsen dari LOKALATE mengatakan, inklusivitas tidak hanya sekadar menghormati keberagaman, tetapi juga memeluk dan mencintai keberagaman itu sendiri.
Keberagaman diapresiasi sebagai suatu kekuatan, bukan sebagai tantangan. Nutrifood memiliki lima culture, yaitu Integrity, Collaboration, Innovation, Respect, dan Excellence. Inklusivitas adalah bagian dari respect.
“Membangun organisasi atau komunitas yang inklusif dan menghargai diversity merupakan hal yang penting. Pertama, agility atau adaptability. Data menunjukkan bahwa organisasi akan menjadi lebih agile dengan merangkul diversity. Organisasi harus lebih siap untuk menghadapi perubahan saat ini yang semakin bergerak cepat. Kedua, inovasi. Organisasi yang lebih inklusif cenderung lebih inovatif, memiliki ide – ide yang lebih kaya yang berasal dari tim yang beragam latar belakangnya. Ketiga, membagun teamwork untuk mencapai hasil yg excellent. Kolaborasi, bukan polarisasi,” jelas Mardi Wu.
Sarah Natassja Rawung, Co-President Maleosan.id, mengatakan, arti inklusivitas bagi Maleosan.id terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama, sebagai acuan. Sejak awal mendirikan Maleosan, Sarah dan kawan-kawan ingin meraih semua anak muda Sulawesi Utara, baik dari pelosok daerah, latar belakang, dan interest apapun, yang ingin mengembangkan potensi dirinya.
Kedua, sebagai tujuan. Sarah percaya bahwa dengan menjadi organisasi yang inklusif, Maleosan.id bisa menjadi ruang aman bagi anak muda Sulawesi Utara, dengan berbagai talenta dan kelebihan yang dimiliki masing-masing individu, untuk tumbuh dan berkembang.
Ketiga, sebagai kekuatan. Dengan ‘mempertemukan’ talenta-talenta yang luar biasa ini, Maleosan kemudian menjadi katalis dari transfer of knowledge, interest, and skills antara anak-anak muda yang ada.
“With inclusivity comes understanding. Ketika kita menyediakan ruang yang inklusif, kita mendorong terjadinya interaksi antara berbagai kelompok dengan latar belakang yang beragam. Interaksi tersebut dapat meluruhkan bias-bias (atau stigma) yang kita miliki mengenai kelompok tertentu, dan kita bisa menjadi lebih open minded. Apabila interaksi ini terus dipelihara dan direplikasi, we can create a better, kinder, and more understanding society. One that does not stigmatize others,” tambah Sarah.
(***/srisurya)