Manado, BeritaManado.com — Krisis lahan pekuburan di Kota Manado semakin terasa.
Pasalnya selain lahan terbatas, harga untuk lahan dipatok tidak murah.
Seperti halnya dengan masyarakat diaspora Nusa Utara yang ada di Kecamatan Malalayang, untuk mendapatkan lahan pekuburan harus mengeluarkan rupiah yang tak sedikit.
“Sebetulnya kerinduan kami tentang adanya lahan pekuburan yang gratis di Kecamatan Malalayang sudah dari dulu. Namun sampai saat ini belum terealisasi,” kata Jimmy Dapamanis.
Lanjut pria yang merupakan pimpinan rukun duka budi kematian di Malalayang, tidak mudah ketika ingin menguburkan sanak famili di lahan pekuburan bantik Malalayang, harus membayar Rp 8 juta.
“Harga itu untuk pengalian lahan baru, sementara disusun dipatok harga Rp3 juta,” lanjut Jimmy.
Olehnya berharap, agar pemerintah boleh menyediakan lahan pekuburan di pinggir Kecamatan Malalayang.
“Memang ada lahan pekuburan dari pemerintah Kota Manado di Kayuwatu. Namun sebagai tradisi warga Nusa Utara selama 40 hari pasca pemakaman, keluarga harus pasang lampu. Berapa biaya transportasi yang akan dikeluarkan keluarga pulang-pergi Malalayang-Kaiwatu,” terang Jimmy.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado Franky Porawouw mengakui bahwa untuk mendapatkan lahan pekuburan di Kecamatan Malalayang cukup sulit.
“Mendapatkan lahan pekuburan susah untuk Kecamatan Malalayang sama dengan lahan TPA,” terang Franky, Kadis yang akrab dengan teman-teman media.
Lanjut dia, hal tersebut juga dikarenakan mahal, banyak lahan di Kecamatan Malalayang tidak sesuai peruntukannya.
“Sehingga masyarakat tidak setuju,” kata Franky.
Disisi lain, Porawouw mengatakan Pemerintah Kota juga telah menyiapkan lahan TPU konsolidasi di Mapanget serta persiapan lahan TPU Kima.
(Jhonli Kaletuang)