Manado – Kemajuan teknologi merupakaan keniscayaan yang tidak bisa dibendung.
Kemajuan teknologi telah berdampak pada perkembangan penggunaan mode transportasi dari transportasi konvensional ke transportasi online yang memanfaatkan aplikasi internet.
Kondisi tersebut tampaknya tak bisa diterima oleh para sopir dan pemilik angkutan kota (angkot) mikrolet serta sopir bus umum AKDP yang hampir semua kendaraan telah berusia tua dengan sistem manual mencari penumpang, bandingkan dengan taxi online (GoKar) dan ojek online (GoJek) yang langsung datang menjemput penumpang.
Ketidak-mampuan para pekerja konvensional untuk bersaing dengan pekerja online berujung pada desakan kepada pemerintah untuk turun tangan, dengan kata lain tak mampu menyaingi online ujung-ujungnya meminta perlindungan pemerintah menghentikan atau paling tidak membatasi operasional taxi online dan ojek online.
Pemerhati sosial dan kemasyarakatan, Wirabuana Talumewo menilai, pembatasan operasional transportasi online hanyalah solusi jangka pendek. Pemerintah seperti hanya mengulur-ulur waktu nahkan terkesan tidak profesional mengurusi transportasi publik.
“Kebijakan melalui keputusan menteri atau keputusan apapun yang akan berlaku 1 April 2017 itu bukanlah solusi jangka panjang, hanya solusi sesaat. Mestinya yang dilakukan bagaimana yang mereka sekarang sopir dan pemilik transportasi konvensional kedepan beralih ke online,” ujar Wirabuana Talumewo kepada beritamanado.com, Minggu (26/3/2017).
Senada diutarakan Habel Runtuwene dari Ormas Peduli Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggara Negara, kebutuhan terhadap mode transportasi online tak bisa ditolak. Aksi demo menolak taxi online dan ojek online merupakan dinamika akibat ketidak-siapan kelompok masyarakat tertentu.
“Mengejutkan saja karena belum siap, tapi kehadiran GoKar dan GoJek adalah fakta akibat dari kemajuan teknologi. Manusia yang ingin berkembang tak boleh menolak. Namun pemerintah juga tidak boleh tinggal diam untuk memberikan solusi. Paling tidak secara transparan mengungkapkan proyeksi sistem transportasi daerah kedepan seperti apa,” tandas Habel Runtuwene. (JerryPalohoon)
Manado – Kemajuan teknologi merupakaan keniscayaan yang tidak bisa dibendung.
Kemajuan teknologi telah berdampak pada perkembangan penggunaan mode transportasi dari transportasi konvensional ke transportasi online yang memanfaatkan aplikasi internet.
Kondisi tersebut tampaknya tak bisa diterima oleh para sopir dan pemilik angkutan kota (angkot) mikrolet serta sopir bus umum AKDP yang hampir semua kendaraan telah berusia tua dengan sistem manual mencari penumpang, bandingkan dengan taxi online (GoKar) dan ojek online (GoJek) yang langsung datang menjemput penumpang.
Ketidak-mampuan para pekerja konvensional untuk bersaing dengan pekerja online berujung pada desakan kepada pemerintah untuk turun tangan, dengan kata lain tak mampu menyaingi online ujung-ujungnya meminta perlindungan pemerintah menghentikan atau paling tidak membatasi operasional taxi online dan ojek online.
Pemerhati sosial dan kemasyarakatan, Wirabuana Talumewo menilai, pembatasan operasional transportasi online hanyalah solusi jangka pendek. Pemerintah seperti hanya mengulur-ulur waktu nahkan terkesan tidak profesional mengurusi transportasi publik.
“Kebijakan melalui keputusan menteri atau keputusan apapun yang akan berlaku 1 April 2017 itu bukanlah solusi jangka panjang, hanya solusi sesaat. Mestinya yang dilakukan bagaimana yang mereka sekarang sopir dan pemilik transportasi konvensional kedepan beralih ke online,” ujar Wirabuana Talumewo kepada beritamanado.com, Minggu (26/3/2017).
Senada diutarakan Habel Runtuwene dari Ormas Peduli Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggara Negara, kebutuhan terhadap mode transportasi online tak bisa ditolak. Aksi demo menolak taxi online dan ojek online merupakan dinamika akibat ketidak-siapan kelompok masyarakat tertentu.
“Mengejutkan saja karena belum siap, tapi kehadiran GoKar dan GoJek adalah fakta akibat dari kemajuan teknologi. Manusia yang ingin berkembang tak boleh menolak. Namun pemerintah juga tidak boleh tinggal diam untuk memberikan solusi. Paling tidak secara transparan mengungkapkan proyeksi sistem transportasi daerah kedepan seperti apa,” tandas Habel Runtuwene. (JerryPalohoon)