Manado – Komunitas BIN Daerah (Kominda), Sulawesi Utara, Selasa (17/9) menggelar seminar nasional. Seminar yang menghadirkan Hendro Priyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (KaBIN), itu digelar di hotel Sintesa Peninsula.
Priyono dalam menyampaikan materinya seputar Tema Solidaritas Kebangsaan Masyarakat Pluralistik Dengan Kearifan Lokal Memperkokoh NKRI, memetakan posisi negara dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
“Ancaman kita di Indonesia saat ini diantaranya adalah gangguan dan hambatan, sedangkan untuk tantangannya merupakan krisis kewibawaan. Terutama dalam perang asimetris dan saat ini jenis perang yang dikenal dengan perang Hybrida. Untuk menangkal AGHT yang dihadapi ini harus menggerakkan seluruh pemerintahan yang terdiri dari eksekutif, legislatif, Yudikatif, Mass Media dan LSM atau konsep Trias Politika yang pernah ditawarkan Montesqiau yang dilandaskan pada
pluralisme/Bhinneka tunggal ika,” papar Priyono tegas.
Tambahnya lagi saat menjawab pertanyaan peserta seminar yang menyentil terkait gerakan radikalisme. Priyono mengakui gerakan radikalisme perlu diatasi secara radikal pula. “Memberantas terorisme tidak mungkin hanya memberantas pelaku saja (terorisme diibaratkan sebagai pohon, dimana pelaku terorisme merupakan daun daun, sedangkan ranting dianggap sebagai organisasi. Akar dianggap sebagai ideologi, sebagai contoh apabila kita merontokkan daunnya, maka itu akan tumbuh, apabila kita memotong ranting dan dahan, itu juga akan tumbuh. Begitu pun, kita bisa menghentikan akarnya? Tidak akan bisa karena kita tidak bisa mematikan ideologi, terorisme itu timbul sejak lama bahkan jauh sebelum kemerdekaan,” ujarnya.
Disampaikan pula menyangkut metode untuk menghentikan gerakan terorisme. “Satu-satunya cara untuk menghentikan terorisme adalah dengan mengubah pola pikir masyarakat yang tidak suka terhadap kekerasan. Masyarakat saya ibaratkan sebagai tanah,” tukas Priyono menutup. (Amas Mahmud)