Manado, BeritaManado.com — Partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) bakal pecah pada pemilihan kepala daerah 2024.
Di sejumlah daerah termasuk di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Gerindra, PKB dan PSI bersatu dan memilih berkolaborasi dengan partai NasDem, mengusung bakal calon gubernur Yulius Selvanus Lumbaa yang digadang-gadang akan berpasangan dengan Tatong Bara.
Sementara, partai Demokrat dan partai GOLKAR membentuk koalisi lainnya bersama PKS dan Perindo untuk mengusung Pasangan Elly Engelbert Lasut dan Michaela Elsiana Paruntu.
Sama halnya di sejumlah daerah lain seperti di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang diprediksi, KIM bakal ikut pecah.
Dilansir dari Suara.com jaringan BeritaManado.com partai-partai dalam Koalisi Indonesia Maju yang terbentuk sejak Pilpres 2024 nampaknya tak satu suara dalam Pilkada 2024.
Pecahnya koalisi tersebut disebut-sebut karena ego masing-masing partai politik (parpol).
“Koalisi Indonesia Maju (KIM) tampaknya tidak akan selalu satu suara dalam Pilkada 2024, khususnya di provinsi yang dinilai strategis,” kata Analis Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga kepada Suara.com, Rabu (17/7/2024).
Kekinian memang KIM masih kompak mengusung calon di dua provinsi, yaitu Jawa Timur dan Sumatera Utara.
Di Jawa Timur KIM mengusung duet Khofifah-Emil, sementara di Sumut mengusung Bobby Nasution.
Namun jika dilihat, partai-partai KIM justru beda jalan misalnya di Banten.
Menurut Jamiluddin, potensi KIM akan beda jalan juga akan terjadi di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah di Pilkada.
“Di Banten, KIM terpecah. GOLKAR ingin mengusung Airin dan Gerindra mengusung kadernya. Di Jakarta, Jabar, dan Jateng juga belum terlihat satu suara dalam mengusung calon,” katanya.
Adanya hal itu, kata dia, mengindikasikan adanya gejala persaingan dalam internal partai-partai KIM.
Menurutnya, terlihat ada ego dari masing-masing partai.
“Gejala tersebut mengindikasikan ada persaingan diantara sesama partai di KIM. Mereka ingin memaksakan kadernya yang akan menjadi cagub atau cawagub di provinsi yang strategis,” ujarnya.
Ia mengatakan pada kasus di Jatim, keinginan memaksakan kadernya dari partai-partai KIM dapat diminimalkan karena faktor Khofifah.
“Ia selain bukan kader salah satu partai di KIM, juga dinilai banyak jasanya dalam memenangkan Prabowo di Jawa Timur. Hal ini tampaknya mengikat KIM untuk satu suara mengusung Khofifah,” katanya.
Sementara di Sumut, kata dia, KIM bisa kompak lantaran Bobby merupakan menantu dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Di Sumut, KIM satu suara mengusung Bobby karena faktor menantu Joko Widodo. Hal itu tampaknya menjadi perekat KIM mengusung Bobby,” pungkasnya.
Untuk diketahui, di beberapa daerah partai-partai KIM berbeda pilihan politik untuk bekerjasama.
Salah satu contohnya apa yang terjadi di Banten.
Dimana Partai Gerindra justru berkerjasama dengan PKS, NasDem dan PPP untuk mengusung duet Andra Soni dan Dimyati.
Sementara itu, Partai Golkar yang mengusung Airin Rachmi Diany kemungkinan akan bekerjasama dengan PDIP dan PKB untuk Pilgub Banten.
Tak hanya Banten, partai-partai KIM juga masih buntu untuk bekerjasama di Pilgub Jakarta.
Pasalnya belum ada kepastian mengusung siapa dalam kontestasi tersebut.
(Erdysep Dirangga)