Manado – Pejuang emansipasi wanita asal Jepara, Jawa Tengah, dikenal dengan nama Raden Ajeng Kartini, telah diabadikan sebagai tokoh panutan wanita-wanita di Indonesia sebagai Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April.
Bagi Paula Lumentut Runtuwene sebagai Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Manado, Kartini dipandang menjadi pejuang wanita, memperjuangkan kesamaan hak wanita mulai dari pendidikan.
“Kita syukuri, saat ini melalui perjuangan Kartini, sudah banyak Kartini-kartini Indonesia, Sulawesi Utara dan di Kota Manado yang sungguh-sungguh mengaktualisasikan diri dengan semua potensi dan kompetensi yang ada,” kata ibu Paula Runtuwene di momen Hari Kartini, Selasa (21/4/2015) siang.
Diharapkannya kedepan, lewat Hari Kartini ini, menjadi momentum kaum wanita untuk menyatukan semangat, tetap terus bangkit melanjutkan upaya-upaya meningkatkan diri, lewat pendidikan dan masuk dalam semua bidang pembangunan.
“Tentunya, kita semakin berkarya bagi kemajuan bangsa dan negara,” tegas ibu Paula Runtuwene.
Melihat atau menanggapi kondisi wanita yang ada di ‘dunia malam’, diakuinya, di semua tempat tentu mendapati persoalan yang sama, tetapi haruslah melihat hal positif yang dilakukan kaum wanita, artinya banyak prestasi dimiliki wanita.
“Mari bangkit kita mengangkat berikan dorongan dukungan, bahwa wanita itu mampu,” kata Paula Runtuwene.
Dijelaskannya, jika, sekelompok masyarakat wanita yang tidak seperti harapan pejuang kita Kartini, itulah tentunya tantangan dan menjadi peluang dari gerakan TP PKK, meningkatkan wawasan, potensi diri, berikan penyuluhan juga melengkapi mereka para wanita dengan keterampilan.
Dengan dimilikinya keterampilan, sehingga wanita dapat beraktifitas dan berkarya serta dari segi ekonomi mendapat kemampuan ekonomi untuk hidup dengan semangat Kartini.
“Jadi ini menjadi tantangna kita, mari kita lakukan sesuatu untuk mereka, mereka yang jatuh terjerumus pada kondisi-kondisi yang tak kita harapkan. Kita jangkau dan raih mereka, untuk mengembalikan, yang sesungguhnya mereka miliki potensi diri untuk jadi unggulan kedepan,” jelasnya.
Pihak TP PKK punya langkah-langkah melalui Pokja yang ada dan sudah lama dilakukan. Dicontohkannya, seperti mengadakan pertemuan, katakanlah dengan wanita yang terlibat dengan dunia malam.
Dikatakannya, wanita-wanita yang terlibat dunia malam, ditanyakan apa harapan-harapan mereka, kemudian TP PKK merangkul mereka, dengan mengadakan pelatihan ketrampilan, bagaimna cakap merias dan menjahit.
Untuk Kota Manado sendiri, dikatakannya ada rumah pintar, yang sejak dua tahun ini, pihaknya melakukan pelatihan jahit menjahit.
“Kami rangkul kelompok seperti itu, dan mereka dari tidak punya kemampuan apa-apa mempunya keterampilan,” ujarnya menyemangati para wanita di Hari Kartini.
Khusus juga bagi wanita ‘lesbi’ termasuk ‘waria’, sepekan lalu sudah ditemuinya, menanyakan keinginan mereka, dan mereka mau difasilitasi untuk membuat salon kecantikan, untuk mereka bisa bekerja disitu.
“Kami sedang merintis, tentunya dengan dukungan pemerintah dan lembaga. Mari kita beri ketrampilam pada mereka, hingga mereka tak terjun lagi di dunia yang tak membangun iman,” kata Paula Runtuwene.
Ditegaskan, menyemangati dan merangkul para wanita telah dilakukan, untuk hal itulah perlu disampaikan pada masyarakat, harus bergandengan tangan dari semua pihak untuk melakukan sesuatu, menjangkau mereka termasuk wanita korban traficking.
Pihak TP PKK sendiri memiliki Shelter, bekerjasama dengan pihak BKKBN, BKBPP. Termasuk Polda, Kejaksaan. Bilamana korban traficking takut menyampaikan, dengan adanya Shelter mereka bisa didampingi.
“Dengan Shelter, anak-anak korban pelecehan seksual atau korban traficking bisa merasa aman. Karena di Shelter didampingi psikolog dan rohaniawa, sehingga secara psikologis dan iman bisa didampingi,” tandasnya. (robintanauma)