Tomohon — Dalam kutipan Wikipedia, Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta (ejaan Republik: Perdjuangan Rakjat Semesta) disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia.
Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957.
Pusat gerakan ini mulanya berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi.
Namun perlahan-lahan dukungan di Sulawesi bagian selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas Permesta dipindahkan ke Manado yang berada di bagian utara Sulawesi.
Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun 1961.
Pergolakan Permesta menyimpan banyak kisah penting dan menarik untuk diingat serta diungkap sehingga bisa dibaca oleh generasi muda.
Jalan Permesta
Salah satu peninggalan sejarah dari perang Permesta yang dapat ditemukan di kota Tomohon adalah adanya jalan Permesta.
Jika melakukan perjalanan menuju ke pusat kota Tomohon dari arah Woloan akan melewati satu jalan yang berkaitan dengan warisan sejarah pergolakan Permesta.
Sebenarnya jalan itu tidak panjang tapi nama jalan tersebut langsung berkaitan dengan sejarah Permesta di tahun 1957-1961.
Jalan Permesta merupakan salah satu jalan yang menghubungkan daerah Woloan ke arah pusat kota Tomohon ataupun ke arah rumah sakit Gunung Maria Tomohon.
Sebelum memasuki ruas jalan tersebut terdapat tugu kecil dengan tulisan Permesta 2 Maret 1957.
Memang daerah Woloan, merupakan salah satu titik penting saat berlangsungnya Permesta.
Konon, adalah seorang pelaku sejarah Permesta, Eddy Mait yang merupakan penduduk asal Kolongan.
Untuk menghormati kisah perjuangannya, diberi nama jalan Permesta.
Kata Emmy, seorang warga Woloan, memang daerah Woloan pernah menjadi tempat pertemuan antara pasukan pemerintah pusat dengan pasukan Permesta, ia mendengarkan cerita tersebut dari orang tuanya.
Berbagai pertemuan yang dilangsungkan di daerah Woloan ini, menghasilkan pembicaraan damai antara pemerintah pusat dengan pejuang Permesta.
Pasca terjadinya persetujuan perdamaian, maka perang pun antara kedua pihak dihentikan sehingga masyarakat Minahasa dapat kembali lagi ke daerahnya masing-masing.
Uniknya, tak jauh dari jalan Permesta, terdapat jalan Perdamaian.
Konon menurut sejarahnya, jalan Perdamaian sebagai penanda tempat terjadinya pembicaraan antara pemerintah pusat dengan pejuang Permesta.
Menarik memang jika membaca sejarah perang Permesta yang terjadi di Minahasa pada waktu lalu.
(Christy Manarisip)