Manado, BeritaManado.com — Kota Manado merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 398, hari ini Rabu (14/7/2021).
Perayaan ini menjadi spesial karena, Manado dipimpin Andrei Angouw – Richard Sualang sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota produk Pilkada 9 Desember 2020
Dosen Kepemiluan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Ferry Daud Liando turut memberi selamat.
Ferry Liando juga berpendapat dengan segudang harapan publik kepada Andrei – Richard.
Liando menegaskan, masyarakat Manado belum bisa berharap banyak dengan janji-janji kampanye pilkada lalu.
Menurut dia, enam bulan pertama adalah masa orientasi dan adaptasi tugas bagi kepala daerah terpilih.
“Enam bulan pertama juga sebagai masa pembentukan cita-cita bersama antara wali kota dan wakil wali kota,” terang Ferry Liando Rabu (14/7/2021).
Menurut Liando, pada bulan ketujuh tugas keduanya adalah menyusun dan menetapkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran visi dan misi kampanye.
“Jadi, kondisi saat ini masih dalam pemerintahan transisi. Artinya program yang dilakukan masih kelanjutan pemerintahan terdahulu,” bebernya.
Dikatakan, program Andrei – Richard baru akan terwujud setelah terbentuknya RPJMD lewat peraturan daerah.
Namun demikian, nilai Ferry, yang sudah dilakonkan Andrei Angouw akhir-akhir ini seperti meninjau lokasi pembuangan sampah dan turun ke lapangan kala banjir menunjukkan keseriusan dalam membenahi ibu kota provinsi menjadi lebih baik.
“Peninjauan langsung menjadi hal bagus. Sebab kalau hanya mengandalkan perangkatnya meninjau kerap mengalami kendala. Apa yang dilaporkan sering tidak seusai fakta. Hal itu terjadi karena takut disalahkan atau takut ditegur karena salah dalam menerapkan kebijakan,” ujar Liando.
Ferry Liando berharap semua yang dilakukan walikota bersama wakil hari ini akan sama sampai mengakhiri periodisasi kepemimpinan.
Namun demikian masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
“Masalah Manado bukan hanya soal sampah, macet dan banjir. Tetapi juga banyak yang harus dibenahi seperti pelayanan publik dan kenyamanan masyarakat,” katanya.
Contohnya, lanjut Liando, sifat publik yang mulai berubah menjadi individualistik yang menyebabkan saling menghormati satu sama lain redup.
“Ada yang berpesta pora dan memasang musik dengan suara kencang tanpa peduli masyarakat sekitar yang terganggu,” tuturnya.
Hal lainnya, kasus para pengantar jenasah tak segan meneriaki pengguna jalan lain sambil menyetop kendaraan lain karena dianggap menghalangi.
Ada juga hewan peliharaan sengaja dilepas dan buang kotoran di halaman tetangga.
Bahkan, ujar dia, warga digigit anjing karena pemiliknya tak memiliki kesadaran menertibkan binatang peliharaan.
“Inilah sebagian kecil dari pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemimpin pemerintahan,” tandasnya.
(***/Alfrits Semen)