Manado, BeritaManado.com – Menjadi kelompok yang sering mendapat perlakuan diskriminatif, padahal Jemaat Amadiyah Indonesia (JAI) merupakan bagian dari anak bangsa yang membangun Indonesia yang majemuk.
Terkait itu, tokoh Ahmadiyah, Mln Ma’sum Ahmad, Jumat (8/12/2017) hari ini, tampil sebagai pembicara dalam seminar kebangsaan.
“Sejumlah tokoh agama, serta tokoh masyarakat akan tampil dalam seminar kebangsaan yang kami laksanakan di kampus Unsrat Manado,” ungkap Ketua Panitia Seminar Kebangsaan dan Festival Keragaman, Jull Takaliuang didampingi Sekretaris Mardiansjah Usman.
Jull mengungkapkan, untuk mendiskusikan dan menegaskan ulang makna dan peran Pancasila serta agama-agama termasuk penghayat kepercayaan dalam merespon masalah-masalah kemanusiaan, maka Gerakan Cinta Damai Sulut (GCDS) menghelat dua event akbar.
“Event itu adalah seminar kebangsaan dan festival keragaman,” papar Jull.
Dia mengatakan, kegiatan itu juga sekaligus untuk memantapkan peran masyarakat sipil lintas agama dan etnis serta identitas gender di Sulawesi Utara, baik secara ideologis maupun secara praksis dalam upaya partisipasi memperjuangkan perdamaian dan keadilan.
Jull mengungkapkan, untuk Seminar Kebangsaan dilaksanakan pada Jumat 8 Desember 2017 bertempat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsrat.
“Kegiatan dimulai pukul 08.00 Wita. Tampil sebagai keynote speaker adalah Yudie Latif, Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila atau UKP PIP,” ujar Jull.
Selain Yudie Latif, akan tampil sebagai pembicara adalah Pdt Dr Nico Gara MA (rohaniwan Kristen), Nia Sjarifudin dari UKP PIP, Zuhairi Misrawi dari Intelektual Muda Nahdlatul Ulama, dan Mln Ma’sum Ahmad dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
“Denni Pinnontoan, Dosen UKIT YPTK juga akan tampil menyampaikan refleksi keberagaman di Sulawesi Utara,” tandas Jull.
Peserta Seminar Kebangsaan adalah komunitas-komunitas yang tergabung dalam GCDS, mahasiswa, dosen, tokoh-tokoh agama dan pemerintah.
GCDS adalah wadah komunikasi dan kerjasama kelompok-kelompok masyarakat sipil yang beragam agama, etnis dan identitas gender di Sulawesi Utara yang dideklarasikan pada 10 Desember 2016.
Partisipan dalam GDCS terdiri dari puluhan lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi jurnalis, komunitas agama, adat/budaya, lembaga pendidikan tinggi dan juga individu-individu tertentu yang peduli pada upaya-upaya memperjuangkan keadilan dan perdamaian.
Lembaga tersebut antara lain, GP Ansor, Lesbumi Sulut, AJI Manado, Peruati, Swara Parangpuan, Mawale Movement, Pemuda Katolik, Ingagers Manado, Peradah Sulut, Pemuda Konghucu, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Telu, Yayasan Suara Nurani Minaesa, Sanubari Sulut, Komunitas Adat Malesung dan ABI Sulut.
(***/Finda Muhtar)
Manado, BeritaManado.com – Menjadi kelompok yang sering mendapat perlakuan diskriminatif, padahal Jemaat Amadiyah Indonesia (JAI) merupakan bagian dari anak bangsa yang membangun Indonesia yang majemuk.
Terkait itu, tokoh Ahmadiyah, Mln Ma’sum Ahmad, Jumat (8/12/2017) hari ini, tampil sebagai pembicara dalam seminar kebangsaan.
“Sejumlah tokoh agama, serta tokoh masyarakat akan tampil dalam seminar kebangsaan yang kami laksanakan di kampus Unsrat Manado,” ungkap Ketua Panitia Seminar Kebangsaan dan Festival Keragaman, Jull Takaliuang didampingi Sekretaris Mardiansjah Usman.
Jull mengungkapkan, untuk mendiskusikan dan menegaskan ulang makna dan peran Pancasila serta agama-agama termasuk penghayat kepercayaan dalam merespon masalah-masalah kemanusiaan, maka Gerakan Cinta Damai Sulut (GCDS) menghelat dua event akbar.
“Event itu adalah seminar kebangsaan dan festival keragaman,” papar Jull.
Dia mengatakan, kegiatan itu juga sekaligus untuk memantapkan peran masyarakat sipil lintas agama dan etnis serta identitas gender di Sulawesi Utara, baik secara ideologis maupun secara praksis dalam upaya partisipasi memperjuangkan perdamaian dan keadilan.
Jull mengungkapkan, untuk Seminar Kebangsaan dilaksanakan pada Jumat 8 Desember 2017 bertempat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsrat.
“Kegiatan dimulai pukul 08.00 Wita. Tampil sebagai keynote speaker adalah Yudie Latif, Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila atau UKP PIP,” ujar Jull.
Selain Yudie Latif, akan tampil sebagai pembicara adalah Pdt Dr Nico Gara MA (rohaniwan Kristen), Nia Sjarifudin dari UKP PIP, Zuhairi Misrawi dari Intelektual Muda Nahdlatul Ulama, dan Mln Ma’sum Ahmad dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
“Denni Pinnontoan, Dosen UKIT YPTK juga akan tampil menyampaikan refleksi keberagaman di Sulawesi Utara,” tandas Jull.
Peserta Seminar Kebangsaan adalah komunitas-komunitas yang tergabung dalam GCDS, mahasiswa, dosen, tokoh-tokoh agama dan pemerintah.
GCDS adalah wadah komunikasi dan kerjasama kelompok-kelompok masyarakat sipil yang beragam agama, etnis dan identitas gender di Sulawesi Utara yang dideklarasikan pada 10 Desember 2016.
Partisipan dalam GDCS terdiri dari puluhan lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi jurnalis, komunitas agama, adat/budaya, lembaga pendidikan tinggi dan juga individu-individu tertentu yang peduli pada upaya-upaya memperjuangkan keadilan dan perdamaian.
Lembaga tersebut antara lain, GP Ansor, Lesbumi Sulut, AJI Manado, Peruati, Swara Parangpuan, Mawale Movement, Pemuda Katolik, Ingagers Manado, Peradah Sulut, Pemuda Konghucu, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Telu, Yayasan Suara Nurani Minaesa, Sanubari Sulut, Komunitas Adat Malesung dan ABI Sulut.
(***/Finda Muhtar)