Manado — Tonaas Wangko Laskar Manguni Indonesia (LMI) Hanny Pantouw dengan tegas menyebut bahwa Sulawesi Utara (Sulut) harus menjadi contoh dalam merawat keragaman dan menjaga persatuan dan perdamaian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hanny Pantouw menyebut, sebagai manusia biasa tidak ada yang memilih untuk dilahirkan menjadi warga negara Indonesia, tapi itulah kehendak Tuhan.
Lanjutnya, Indonesia memiliki banyak sekali penduduk, pulau, suku, etnis, punya 6 agama yang diakui dan 1 aliran kepercayaan.
“Dengan hal itu, Indonesia gampang skali dibentur kalau kita tidak waspada. Dengan semua hal yang begitu banyak, aparat kita tidak akan mampu mengcover semuanya. Ini bukannya membela TNI-Polri tapi kita harus mengerti. Gubernur, Bupati dan Walikota juga ada banyak skali yang mereka pikirkan dan lakukan. Jadi kita pun harus membantu,” ujar Hanny.
Untuk Indonesia, dikatakan Hanny, ada dua hal yang paling gampang disulut, yaitu agama dan suku.
Meski demikian, Hanny Pantouw yakin, kebersamaan, persatuan dan persaudaraan dan toleransi yang sudah terbina sejak sangat lama di Sulut lebih kuat daripada niat para oknum yang tidak bertanggungjawab, yang hanya menginginkan perpecahan.
“Seperti hasil diskusi lalu, kita di Sulut tetap NKRI. NKRI harga mati, NKRI cinta sampai mati. Hati boleh panas, kepala harus dingin. Kita harus berpikir rasional, karena nyawa pun kita berikan untuk NKRI,” tegas Hanny.
Sulut yang kental akan keragaman dan toleransi pun, disebut Hanny tak boleh terpisah dan berjalan sendiri-sendiri.
“Ibarat pelangi. Merah sendiri saja tidak bisa disebut pelangi. Kuning pun demikian, begitu juga dengan warna lainnya. Mereka harus lengkap untuk bisa disebut pelangi. Begitu juga dengan Sulut,” tutup Hanny Pantouw.
(sri surya)