Sejumlah warga Masata yang tetap bertahan pasca digusur
Bitung – Pasca penggusuran tanggal 5 Februari lalu, tidak serta-merta lahan yang diklaim Pemkot sebagai lahan KEK “bersih” dari warga Masata.
Buktinya, hingga Selasa (9/2/2016) siang, masih ada sejumlah Kepala Keluarga (KK) yang memilih bertahan di atas lahan 92.96 hektar tersebut.
Dari pantauan, kondisi warga yang tetap memilih bertahan di lahan tersebut sangat memprihatinkan. Mereka bertahan dengan menggunakan sisa-sisa material bangunan yang telah dirobohkan menggunakan alat berat.
“Kalau malam, selain ada yang tidur di Masjid, ada juga yang tidur di bawah pohon atau berlindung dengan menggunakan sisa material bangunan,” kata salah satu warga Hasrin Dunggi.
Soal makanan, kata Hasrin, mereka masih memiliki ubi dan jagung hasil berkebun selama mereka mendiami lahan itu.
“Ubi dan jagung kami rebus atau bakar, lalu dibagi untuk makan bersama-sama,” katanya.
Disinggung soal Rusunawa, Hasrin bersama warga yang berahan di lahan itu mengaku tak kebagian kamar. Mengingat Rusunawa yang disiapkan terbatas dan saat ini sudah full.
“Air juga disana (Rusunawa, red) tidak ada, makanya kami terpaksa tetap berada di tempat ini karena tak tahu harus kemana,” katanya.(abinenobm)
Sejumlah warga Masata yang tetap bertahan pasca digusur
Bitung – Pasca penggusuran tanggal 5 Februari lalu, tidak serta-merta lahan yang diklaim Pemkot sebagai lahan KEK “bersih” dari warga Masata.
Buktinya, hingga Selasa (9/2/2016) siang, masih ada sejumlah Kepala Keluarga (KK) yang memilih bertahan di atas lahan 92.96 hektar tersebut.
Dari pantauan, kondisi warga yang tetap memilih bertahan di lahan tersebut sangat memprihatinkan. Mereka bertahan dengan menggunakan sisa-sisa material bangunan yang telah dirobohkan menggunakan alat berat.
“Kalau malam, selain ada yang tidur di Masjid, ada juga yang tidur di bawah pohon atau berlindung dengan menggunakan sisa material bangunan,” kata salah satu warga Hasrin Dunggi.
Soal makanan, kata Hasrin, mereka masih memiliki ubi dan jagung hasil berkebun selama mereka mendiami lahan itu.
“Ubi dan jagung kami rebus atau bakar, lalu dibagi untuk makan bersama-sama,” katanya.
Disinggung soal Rusunawa, Hasrin bersama warga yang berahan di lahan itu mengaku tak kebagian kamar. Mengingat Rusunawa yang disiapkan terbatas dan saat ini sudah full.
“Air juga disana (Rusunawa, red) tidak ada, makanya kami terpaksa tetap berada di tempat ini karena tak tahu harus kemana,” katanya.(abinenobm)