Oleh: Pdt Lucky Rumopa
GOROHO salah satu jenis pisang yang memiliki penampilan yang sangat berbeda dengan jenis lainnya apalagi cita rasanya.
Sebab pisang jenis ini diyakini bisa menurunkan diabetes, hipertensi dan kolestrol.
Goroho atau nama asli “musa acuminafase” adalah hasil persilangan dengan jenis “musa balbisiana” (jenis pisang yang berbiji) pisang liar, itu sebabnya disilang dengan jenis acuminata yang akhirnya dikenal sebagai pisang goroho.
Dia memiliki postur berbeda dengan pisang lainnya.
Tangkai tinggi dan delapan sisir pisang.
Pisang sudah dimakan manusia sekitar 6000 tahun lalu dan menjadi makanan utama bayi.
Sementara jenis goroho adalah pisang yang populer di Sulut.
Dan akibat COVID-19 semua masyarakat harus jaga jarak dan lebih banyak diam di rumah.
Nah, goroho salah satu pengecualian di saat senggang duduk sore-sore minum kopi dengan makan pisang goroho terasa komplit social-distancing apalagi menjaga kondisi tubuh tetap fit.
Namun fenomena goroho yang trend di media social menggeser nilai “jaga-jarak” kita yang menggetarkan sendi-sendi psikologis pada perilaku yang tidak normal.
Dimana memiliki dampak dari realitas kita bahwa ada letupan-letupan yang terjadi dalam kehidupan sosial.
Dan ini trend pergeseran sosial yang terjadi dimana semakin berani tampil tanpa menyadari efek dan konsekuensinya.
Pakar-pakar pendidik dan lembaga-lembaga pedagogik harus bekerja keras, dinas pendidikan jangan terlena membangun infrastruktur sementara fenomena sosial sedang mewabah seiring wabah corona.
Kembalikan citra goroho sebagai pisang unggulan yang dapat membawa devisa kita.
Dari goroho gate yang melebihi skandal “barnaby joyce” dan fenomena Azmin Ali (Menko Malaysia), ini berarti ada goroho-goroho lain dijadikan eksperimen “ekhisebisionisme” yakni pelaku merasakan kenikmatan seksual bila korbannya terkejut saat ia beraksi.
Misalnya, dengan memperlihatkan alat kelamin atau bahkan masturbasi di tempat umum atau melalui media.
COVID-19 seperti “iblis” yang menghantam manusia dari sendi-sendi utama yang mula-mula pada soal-soal ekonomi tapi yang jauh lebih berbahaya lama kelamaan merubah tatanan jiwa kita menjadi mudah marah.. benci.. dan berontak dan melakukan kejahatan tetapi juga bagi jiwa lemah dia berubah menyimpang pada hal-hal yang di luar dugaan.
Jadilah seperti pisang dia belum mau mati sebelum berbuah.
Berbuatlah banyak kebaikan sebelum ajal menjemput.
(Penulis merupakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sulawesi Utara)