Bitung – Siapa yang tak kenal organisasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang selama ini tetap konsisten memperjuangkan nasib buruh. Tentu semua kalangan tahu persis sepak terjang SBSI, termasuk di Kota Bitung.
Namun ada yang menarik dengan keberadaan Dewan Pengurus Cabang (DPC) SBSI Kota Bitung. Dimana salah satu organisasi buruh terbesar ini kini dipimpin oleh perempuan bernama, Freanny Singal.
“Banyak yang tak percaya jika mengetahui saat ini saya adalah Ketua DPC SBSI Kota Bitung,” kata Freanny kala ditemui usai pengukuhan dirinya sebagai Ketua DPC SBSI kota Bitung, Selasa (25/3/2014) lalu.
Malah perempuan manis ini tertawa kala ditanyakan apakah tak merasa risih atau terbeban menjadi pemimpin buruh yang pada umumnya adalah laki-laki. “Banyak yang bertanya demikian, tapi saya anggap itu adalah pertanyaan yang wajar karena mungkin baru kali ini melihat orgaisasi buruh dipimpin perempuan,” katanya sambil tertawa.
Ia sendiri mengaku, kendati dirinya perempuan namun perjuangannya untuk para buruh di Kota Bitung tak kalah dengan organisasi buruh yang dipimpin laki-laki. “Bedanya mungkin cara memperjuangkan apa yang diinginkan para buruh. Jika saya tentu akan lebih mengedepankan musyawarah daripada aksi turun ke jalan,” kata perempuan yang mengaku memimpin ratusan buruh di Kota Bitung.
Freanny mengatakan, dirinya lebih memilih musyawarah bukan karena takut menggelar aksi di jalan. Tapi ia menilai, persoalan buruh dengan pihak perusahaan dapat diselesaikan denggan cara duduk bersama tanpa harus menggelar aksi dijalan.
“Kalaupun nantinya musyawarah itu buntu, baru aksi turun ke jalan digelar. Itupun opsi terakhir,” katanya.
Selain itu kata dia, buruh, perusahaan dan pemerintah adalah mitra kerja yang tak bisa dipisahkan. Namun menurutnya, banyak organisasi buruh menganggap perusahaan dan pemerintah adalah musuh sehingga perlu untuk didemo kala ada persoalan buruh yang perlu diselesaikan.
“Padahal buruh, perusahaan dan pemerintah adalah satu kesatuan yang harusnya bisa bersinergi untuk menyelesaikan masalah buruh. bukan sebaliknya, saling bermusuhan hingga berujung pada aksi demo dan mogok kerja,” katanya.(abinenobm)
Bitung – Siapa yang tak kenal organisasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang selama ini tetap konsisten memperjuangkan nasib buruh. Tentu semua kalangan tahu persis sepak terjang SBSI, termasuk di Kota Bitung.
Namun ada yang menarik dengan keberadaan Dewan Pengurus Cabang (DPC) SBSI Kota Bitung. Dimana salah satu organisasi buruh terbesar ini kini dipimpin oleh perempuan bernama, Freanny Singal.
“Banyak yang tak percaya jika mengetahui saat ini saya adalah Ketua DPC SBSI Kota Bitung,” kata Freanny kala ditemui usai pengukuhan dirinya sebagai Ketua DPC SBSI kota Bitung, Selasa (25/3/2014) lalu.
Malah perempuan manis ini tertawa kala ditanyakan apakah tak merasa risih atau terbeban menjadi pemimpin buruh yang pada umumnya adalah laki-laki. “Banyak yang bertanya demikian, tapi saya anggap itu adalah pertanyaan yang wajar karena mungkin baru kali ini melihat orgaisasi buruh dipimpin perempuan,” katanya sambil tertawa.
Ia sendiri mengaku, kendati dirinya perempuan namun perjuangannya untuk para buruh di Kota Bitung tak kalah dengan organisasi buruh yang dipimpin laki-laki. “Bedanya mungkin cara memperjuangkan apa yang diinginkan para buruh. Jika saya tentu akan lebih mengedepankan musyawarah daripada aksi turun ke jalan,” kata perempuan yang mengaku memimpin ratusan buruh di Kota Bitung.
Freanny mengatakan, dirinya lebih memilih musyawarah bukan karena takut menggelar aksi di jalan. Tapi ia menilai, persoalan buruh dengan pihak perusahaan dapat diselesaikan denggan cara duduk bersama tanpa harus menggelar aksi dijalan.
“Kalaupun nantinya musyawarah itu buntu, baru aksi turun ke jalan digelar. Itupun opsi terakhir,” katanya.
Selain itu kata dia, buruh, perusahaan dan pemerintah adalah mitra kerja yang tak bisa dipisahkan. Namun menurutnya, banyak organisasi buruh menganggap perusahaan dan pemerintah adalah musuh sehingga perlu untuk didemo kala ada persoalan buruh yang perlu diselesaikan.
“Padahal buruh, perusahaan dan pemerintah adalah satu kesatuan yang harusnya bisa bersinergi untuk menyelesaikan masalah buruh. bukan sebaliknya, saling bermusuhan hingga berujung pada aksi demo dan mogok kerja,” katanya.(abinenobm)