Manado, BeritaManado.com — Kepergian putra terbaik Sulut Sinyo Harry Sarundajang (SHS) menyisahkan luka mendalam bagi banyak orang.
Salah satunya datang dari legislator DPRD Sulut Fabian Kaloh.
Kepada BeritaManado.com, legislator PDIP Dapil Bitung-Minut ini menceritakan sepenggal kisah ketika Sinyo Harry Sarundajang (SHS) menunjuknya sebagai Camat meski masih berusia relatif muda.
“Jadi, kisahnya terjadi tahun 1999 setelah saya berkarir dari Sekcam Bitung Tengah dan Kasie di Diknas Kebersihan, saya dipercayakan SHS sebagai Camat Bitung Timur menggantikan Arnold Karamoy yang waktu itu geser ke Camat Bitung Tengah. Kota Bitung saat itu baru 4 Kecamatan (Bitung Utara, Bitung Tengah, Bitung Timur dan Bitung Selatan). Kala itu saya ingat kami berempat Alumi APDN, Camat Selatan Almarhum Pak Kondoy, tentu mereka bertiga senior saya. Ya, saya beruntung karena saat itu masih relatif muda (belum 30 tahun),” kisah Kaloh.
Dilanjutkan Kaloh, salah satu kisah penting dan membekas di ingatan adalah memerintahkannya untuk standby 24 jam menunggu kedatangan kapal pengungsi dari Maluku.
“Waktu itu saya jadi Camat saat 12.000 pengungsi Maluku tiba di Pelabuhan Bitung dan ditempatkan di beberapa lokasi camp pengungsian termasuk Kodim dan Secata B Wangurer. Saya ingat perintah beliau karena Pelabuhan Bitung wilayah Bitung Timur, beliau bilang: Camat, karena kapal pengungsi tidak pasti jam datangnya, Camat tunggu 1X24 jam di pelabuhan dan beberapa titik lain tempat kapal sandar, jangan tidur, karena tidak boleh ada 1-pun pengungsi yang tercecer, semua harus bawa dicamp,” kenang Kaloh.
Hebatnya lagi, lanjut mantan birokrat handal Kota Bitung ini, semua camp pengungsi didatangi SHS.
“Beliau (SHS, red) hadir langsung untuk menenangkan hati pengungsi yang lagi sedih, takut dan cemas. Saya ingat kata-kata beliau, kalian aman di Kota Bitung, kami akan menjaga dan urus kalian semua, tapi juga jangan bawa emosi kalian dari sana ke Kota Bitung ini,” ungkapnya.
Dari sosok SHS itulah, lanjut Kaloh, dia menunjukkan kinerja terbaiknya selama dipercayakan SHS.
“Karena itu pula maka saya harus tunjukan kerja maksimal karena setahu saya Wali Kota yang saat itu masih muda juga adalah seorang pekerja keras. Beliau aktif di HT, subuh-subuh sudah cek kerja penyapu jalan dan mobil pengangkut sampah, beliau tidak suka ada sampah menumpuk di siang hari, beliau sangat disiplin dan jarang memuji kerja pejabat dan staff. Artinya bahwa beliau mau semua harus kerja maksimal. Saya harus akui bahwa saya belajar bekerja dari beliau. Selamat jalan guruku,” tutupnya.
(AnggawiryaMega)