Boroko, BeritaManado.com – Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terutama Kabupaten Bolmong Utara (Bolmut) masih memiliki wilayah terpencil seperti Desa Goyo wilayah Transmigrasi, Desa Ollot Dua dan Kecamatan Bolangitang Barat.
Meski begitu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolmut melalui Dinas Kesehatan terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penduduk yang berada di wilayah pedalaman atau terpencil.
Salah satunya dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis di daerah tersebut.
“Dinkes Bolmut berkerja sama dengan Puskesmas Ollot memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga yang berada di wilayah Goyo,” ungkap Kepala Seksi Yankes Primer Rujukan dan Tradisional Dinkes Bolmut Nofianti Korompot, kepada BeritaManado.com, Kamis (3/9/2020).
Dikatakannya, pemberian pelayanan kesehatan gratis salah satu program pusat yang rutin dilakukan setiap tahun.
“Kegiatan ini juga bertujuan untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Sedangkan untuk wilayah Goyo, diceritakannya, merupakan wilayah terpencil yang ada di Kecamatan Bolangitang Barat, sehingga mempunyai tantangan tersendiri saat memberikan pelayanan kesehatan.
“Salah satu tantangannya adalah akses jalan dan beberapa medan yang sulit sehingga memberikan tantangan tersendiri,” ujarnya, sembari mengaku baru pertama kali melakukan pelayanan di wilayah Goyo.
Tapi, lanjut Korompot, alhamdulilah antusias masyarakat di sana sangat baik dengan dilakukan pelayanan kesehatan dan pemberian obat gratis.
“Sebanyak 75 pasien yang diberikan layananan kesehatan oleh tim Dinkes dan PKM Ollot dan penyakit menonjol yang ditemukan diantaranya ISPA, Dermatitis, Capalgia, Myalgia, dan RA,” tandasnya.
Diketahui, untuk menuju wilayah Goyo harus menempuh perjalanan darat selama beberapa jam dari pusat kecamatan dan harus melewati jalan yang cukup ekstrim.
Salah satunya pada saat melewati jalur sungai dengan mengunakan perahu bambu. Akses tersebut diketahui merupakan jalur satu-satunya menuju wilayah Goyo.
Perahu bambu dikenderai tenaga manusia. Untuk itu, pada saat melewati jalur tersebut masing-masing masyarakat dibiayai kurang lebih Rp 200 per orang.
(Nofriandi Van Gobel)