Langowan – Ada drainase namun suatu desa masih saja melihat pemandangan sampah menumpuk saat hujan turun di saluran air? Salah satu sebab yaitu ukuran drainase yang tidak sesuai. Hal itu juga diakui oleh Hukum Tua Desa Wolaang Pdt Audy Wungkar STh MTh kepada BeritaManado.com, Kamis (1/12/2016).
Dirinya mengakui bahwa hampir seluruh drainase yang ada di desanya itu boleh dikatan lebarnya satu jengkal lebih sedikit dari ukuran tangan orang dewasa. Sehingga dengan pertimbangan yang ada, akhirnya diputuskan dana pembangunan digunakan untuk membuat drainase lebih lebar dan dalam dari sebelumnya.
Masyarakat pun memberikan apresiasi atas terobosan yang dilakukan Hukum Tua yang baru beberapa bulan lalu dilantik secara resmi. Setidaknya ada harapan masyarakat bahwa keadaan akan lebih baik dan tidak ada lagi sampah menumpuk di saluran air dan menyebabkan genangan air di jalan dan halaman rumah warga.
Namun yang paling penting dari realisasi program pembangunan ini adalah bagaimana memberikan kepuasan kepada masyarakat atas kinerja pemerintah desa. Di sisi lain masyarakat juga diharapkan pro aktif untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat termasuk di saluran air yang bermuara di sungai.
“Melihat apa yang dibutuhkan masyarakat itu salah satu tugas utama pemerintah. Saya menetapkan program ini berdasarkan hal-hal yang menjadi prioritas. Buat apa membangun fasilitas tapi hal itu bukan prioritas yang dibutuhkan oleh warga masyarakat,” katanya.
Pada bagian lain, salah satu warga Jein Rewah menuturkan bahwa apa yang dilakukan pemerintah desa sudah tepat. Dampaknya jelas mengarah pada perbaikan kondisi lingkungan desa, dimana ketika hujan datang, tidak ada lagi terjadi genangan air di pinggir jalan dan halaman rumah warga karena muntahan dari drainase yang tersumbat sampah.
“Kalaupun masih ada sampah di drainase, maka dengan kondisi yang lebih lebar dari sebelumnya, itu akan memudahkan perangkat desa dan masyarakat membersihkannya dalam smangat gotong royong,” tuturnya. (frangkiwullur)
Langowan – Ada drainase namun suatu desa masih saja melihat pemandangan sampah menumpuk saat hujan turun di saluran air? Salah satu sebab yaitu ukuran drainase yang tidak sesuai. Hal itu juga diakui oleh Hukum Tua Desa Wolaang Pdt Audy Wungkar STh MTh kepada BeritaManado.com, Kamis (1/12/2016).
Dirinya mengakui bahwa hampir seluruh drainase yang ada di desanya itu boleh dikatan lebarnya satu jengkal lebih sedikit dari ukuran tangan orang dewasa. Sehingga dengan pertimbangan yang ada, akhirnya diputuskan dana pembangunan digunakan untuk membuat drainase lebih lebar dan dalam dari sebelumnya.
Masyarakat pun memberikan apresiasi atas terobosan yang dilakukan Hukum Tua yang baru beberapa bulan lalu dilantik secara resmi. Setidaknya ada harapan masyarakat bahwa keadaan akan lebih baik dan tidak ada lagi sampah menumpuk di saluran air dan menyebabkan genangan air di jalan dan halaman rumah warga.
Namun yang paling penting dari realisasi program pembangunan ini adalah bagaimana memberikan kepuasan kepada masyarakat atas kinerja pemerintah desa. Di sisi lain masyarakat juga diharapkan pro aktif untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat termasuk di saluran air yang bermuara di sungai.
“Melihat apa yang dibutuhkan masyarakat itu salah satu tugas utama pemerintah. Saya menetapkan program ini berdasarkan hal-hal yang menjadi prioritas. Buat apa membangun fasilitas tapi hal itu bukan prioritas yang dibutuhkan oleh warga masyarakat,” katanya.
Pada bagian lain, salah satu warga Jein Rewah menuturkan bahwa apa yang dilakukan pemerintah desa sudah tepat. Dampaknya jelas mengarah pada perbaikan kondisi lingkungan desa, dimana ketika hujan datang, tidak ada lagi terjadi genangan air di pinggir jalan dan halaman rumah warga karena muntahan dari drainase yang tersumbat sampah.
“Kalaupun masih ada sampah di drainase, maka dengan kondisi yang lebih lebar dari sebelumnya, itu akan memudahkan perangkat desa dan masyarakat membersihkannya dalam smangat gotong royong,” tuturnya. (frangkiwullur)