Klimaks gelaran pemilihan umum (Pemilu) mereda ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia usai dengan rekapitulasi hasil pemilihan secara Nasional.
Realitas apa yang telah dicapai oleh kontestan politik pada Pemilu kali ini sudah dikantongi pemerhati demokrasi negeri.
Sehingga secara kwantitas bagi mereka yang mengikuti langkah rekapitulasi di setiap tingkatan penyelenggara, pasti telah mengetahui hasil perolehan suara baik itu secara nominal, prosentase bahkan level peringkat.
Lantas bagaimana dengan prestasi Golkar di Minahasa Selatan (Minsel) pada Pemilu kali ini?
Kepada BeritaManado.com, pada Selasa (21/5/2019), pengamat politik Sulawesi Utara (Sulut) Dr Fanley Pangemanan mengatakan geliat para pendulang suara (caleg) untuk memenuhi target 17 kursi menurutnya, semangatnya luar biasa.
“Secara simultan dan masif pengurus partai di level Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan telah menunjukkan upaya dengan mengeksplorasi segala sumber daya politik partainya,” kata Fanley Pangemanan.
Dan, apakah capaiannya sudah sesuai target?
“Saya memahami betul dinamika politik yang terjadi pada Pemilu 2019 di Minsel. Adakah kita selama ini menyangka bahwa dari hasil Pemilu ini Nasdem ternyata bisa merebut dan duduk di jajaran wakil ketua menggeser Gerindra? Atau, PDIP pada Pemilu lalu dengan 6 kursinya, Pemilu 2019 memasang target mengungguli Golkar tapi harus berimbang 10 kursi dan tetap menempati satu kursi wakil ketua dewan?,” ujar Fanley Pangemanan.
Dirinya melihat, Golkar dalam pemilihan legislatif di Minsel sebenarnya masih unggul, tapi realitas politik perolehan suaranya saja yang tidak mencapai target.
“Memandang dan mencermati kegagalan Partai untuk meraih target suara, saya ingin membagi beberapa pandangan dilihat dari aspek akademis,” tukas Fanley Pangemanan.
Berikut 5 catatan yang harus diperhatikan Partai Golkar menurut Fanley Pangemanan, yang adalah Dosen di Program Magister Tata Kelola Kepemiluan Pascasarjana Unsrat:
Pertama, tidak terpenuhinya target Partai Golkar dalam perolehan suara 17 kursi dalam Pemilu Legeslatif 2019 memerlukan respons yang serius dari DPC Partai Golkar. Respons tersebut hendaknya diaktualisasikan dalam bentuk evaluasi atas kinerja di tiap tingkatan. Khususnya yang selama ini terkait dengan langkah-langkah pemenangan Pemilu, baik Pemilu Legislatif apalagi menghadapi PILBUP tahun depan.
Kedua, saya memandang bahwa evaluasi atas kinerja pemenangan Pemilu Partai Golkar merupakan sebuah kewajaran dalam rangka mengurai kekurangan dan kelemahan sistem dan strategi yang selama ini dijalankan.
Ketiga, keengganan untuk melakukan evaluasi atas capaian yang dialami oleh Partai Golkar dalam kontestasi Pemilu sebelumnya menjadi pelajaran penting. Betapa realitas yang sama terjadi dan akan senantiasa terulang. Disebabkan tidak adanya upaya serius untuk mengatasi akar persoalan yang sesungguhnya.
Keempat, keengganan untuk melakukan evaluasi atas capaian ini. Akan berdampak negatif bagi pencapaian target kemenangan dalam kontestasi Pilbup yang akan datang.
Kelima, saya memandang bahwa belum terpenuhinya target perolehan suara pada Pemilu 2019 menyisakan persoalan tentang efektivitas strategi pemenangan Pemilu yang selama ini dijalankan oleh internal Golkar.
Atas dasar itu, Fanley Pangemanan melihat evaluasi pemenangan Pemilu Legislatif merupakan suatu keniscayaan. Sebab mustahil mengharapkan hasil yang berbeda dengan cara dan metode yang sama.
(***/TamuraWatung)