Manado, BeritaManado.com – Diskusi Ngobrol Pemilu yang diselenggarakan oleh Komite Pemilih (TePi) Sulawesi Utara, Rabu (30/5/2018) kemarin, di Kopi nation, Tikala, dihadiri oleh Ketua KPU Sulut, Ardiles Mewoh tampil sebagai pembicara.
Dalam diskusi tersebut, terangkat masalah masih banyaknya pemilih yang datang di TPS, sampai di dalam bilik suara belum tahu memilih siapa.
Menjawab masalah tersebut, Ketua KPU Sulut Ardiles Mewoh menyampaikan bahwa KPU saat ini mulai mendorong karakter sosialisasi atau pendidikan pemilih ke arah lebih substansial.
“Kami tidak lagi sekedar mengajak pemilih untuk datang ke TPS, kami tidak lagi melakukan sosialisasi secara massive untuk misalnya gunakan hak pilih anda, atau jangan lupa tanggal 26 nanti, atau suara anda menentukan masa depan bangsa. Itu menurut KPU karakter sosialisasi pendidikan pemilih yang sudah harus kita tinggalkan,” kata Ardiles Mewoh.
Menurut Ardiles Mewoh, Pemilu jaman now bukan hanya sekedar datang ke TPS.
“Apa manfaatnya jika pemilih datang ke TPS lalu masuk bilik suara, tapi tidak tahu hendak memilih siapa? Apa manfaatnya kita datang ke TPS untuk memilih dengan partisipasi yang tinggi 80 persen misalnya, tapi 60 persen menerima money politic. Apa manfaatnya kira kira?” Tukas Ardiles Mewoh.
Dijelaskannya secara kelembagaan, KPU mendorong tagline yang sekarang ini mulai mengarah sifatnya ke substansi.
“Salah satu tagline KPU adalah Pemilih Berdaulat, Negara Kuat. Ini supaya betul-betul menyentuh bukan sekedar hanya datang ke TPS. Tapi harus apa yang ditentukan pilihan masyarakat betul-betul merupakan kedaulatan dari yang bersangkutan untuk menentukan pilihan bukan karena money politic. Atau bukan karena mobilisasi. Itu tagline KPU yang sekarang ini,” jelas Ardiles Mewoh.
Dia berharap partisipasi masyarakat dalam hal ini organisasi masyarakat sipil dapat turut mendorong karakter sosialisasi pendidikan pemilih ke arah yang lebih substansial.
Adriles Mewoh mengapresiasi diskusi ini yang diinisiasi oleh Korprov Komite Pemilih Sulut, drg. Hizkia Sembel, dan berharap hasil dari diskusi ini bisa di sampaikan kepada publik.
“Pesan saya cuma satu, jangan cuma KPU yang berlari cepat, aktivis organisasi masyarakat sipil juga mari kita berlari cepat bersama-sama mengawal proses demokrasi bangsa ini,” tutupnya.
(PaulMoningka)
Manado, BeritaManado.com – Diskusi Ngobrol Pemilu yang diselenggarakan oleh Komite Pemilih (TePi) Sulawesi Utara, Rabu (30/5/2018) kemarin, di Kopi nation, Tikala, dihadiri oleh Ketua KPU Sulut, Ardiles Mewoh tampil sebagai pembicara.
Dalam diskusi tersebut, terangkat masalah masih banyaknya pemilih yang datang di TPS, sampai di dalam bilik suara belum tahu memilih siapa.
Menjawab masalah tersebut, Ketua KPU Sulut Ardiles Mewoh menyampaikan bahwa KPU saat ini mulai mendorong karakter sosialisasi atau pendidikan pemilih ke arah lebih substansial.
“Kami tidak lagi sekedar mengajak pemilih untuk datang ke TPS, kami tidak lagi melakukan sosialisasi secara massive untuk misalnya gunakan hak pilih anda, atau jangan lupa tanggal 26 nanti, atau suara anda menentukan masa depan bangsa. Itu menurut KPU karakter sosialisasi pendidikan pemilih yang sudah harus kita tinggalkan,” kata Ardiles Mewoh.
Menurut Ardiles Mewoh, Pemilu jaman now bukan hanya sekedar datang ke TPS.
“Apa manfaatnya jika pemilih datang ke TPS lalu masuk bilik suara, tapi tidak tahu hendak memilih siapa? Apa manfaatnya kita datang ke TPS untuk memilih dengan partisipasi yang tinggi 80 persen misalnya, tapi 60 persen menerima money politic. Apa manfaatnya kira kira?” Tukas Ardiles Mewoh.
Dijelaskannya secara kelembagaan, KPU mendorong tagline yang sekarang ini mulai mengarah sifatnya ke substansi.
“Salah satu tagline KPU adalah Pemilih Berdaulat, Negara Kuat. Ini supaya betul-betul menyentuh bukan sekedar hanya datang ke TPS. Tapi harus apa yang ditentukan pilihan masyarakat betul-betul merupakan kedaulatan dari yang bersangkutan untuk menentukan pilihan bukan karena money politic. Atau bukan karena mobilisasi. Itu tagline KPU yang sekarang ini,” jelas Ardiles Mewoh.
Dia berharap partisipasi masyarakat dalam hal ini organisasi masyarakat sipil dapat turut mendorong karakter sosialisasi pendidikan pemilih ke arah yang lebih substansial.
Adriles Mewoh mengapresiasi diskusi ini yang diinisiasi oleh Korprov Komite Pemilih Sulut, drg. Hizkia Sembel, dan berharap hasil dari diskusi ini bisa di sampaikan kepada publik.
“Pesan saya cuma satu, jangan cuma KPU yang berlari cepat, aktivis organisasi masyarakat sipil juga mari kita berlari cepat bersama-sama mengawal proses demokrasi bangsa ini,” tutupnya.
(PaulMoningka)