Manado, BeritaManado.com — Pembagian rapor mulai dilakukan oleh sejumlah sekolah dasar, salah satunya SD GMIM Lahairoi Malalayang.
Pengambilan rapor ini pun dikeluhkan oleh salah satu orang tua murid dikarenakan harus membayar sejumlah 75.000 rupiah.
Salah satu orang tua murid kelas 1 SD saat diwawancarai BeritaManado.com mengatakan, dirinya sangat merasa kecewa karena ditengah pandemi Covid-19 ini saat mengambil raport harus dibayar.
“Bagaimana tidak kecewa. Untuk mengambil raport harus membayar kertas yang sudah diberikan nilai berjumlah 25.000 dan Map tempat kertas nilai berjumlah 50.000 rupiah, ungkapnya
Sedangkan, lanjut dia, di kelas lain tidak di pungut biaya apapun, sampai uang sekolah pun tidak di minta.
Salah satu guru SD GMIM Lahairoi saat dikunjungi mengatakan, untuk map rapor dan kertas nilai sekarang dibebankan kepada murid dan guru.
“Kalau dulu memang rapor ini di tanggung oleh sekolah, tapi sekarang sudah di tanggungkan ke murid-murid dan guru,” ujarnya kepada BeritaManado.com, Jumat (8/1/2020) di ruangan kelas.
Dia juga menjelaskan, sekolah dasar yang berstatus suasta ini hanya kurikulumnya yang disamakan, tetapi kalau bantuan dari pemerintah hanya dapat setengah.
“Kalau bantuan dari pemerintah hanya untuk pembangunan saja, tetapi kalau buku yang mereka bawa tetap harus dibayar karena masih swasta. Lain kali kami sebagai guru juga korban perasaan kepada orang tua jika datang bertanya,” ucapnya.
Terkait dengan rapor, lanjutnya, tingal mengisi di kolom nilai karena sudah ada dan di cetak.
“Tapi kalau sekarang kami harus bikin sendiri, harus kerja bikin nilainya anak-anak semua baru di rekap di kertas. Jadi bayar, karena kami menyewa orang untuk membuat rapor ini,” ungkapnya.
Dia menambahkan, pihak sekolah tidak menyiapkan fasilitas seperti komputer atau kertas untuk membuat rapor nilai murid.
“Terusterang sudah berapa tahun saya disisini, tetap kalau kertas saya tanggung sendiri. Karena saat saya cari di kantor, kertas sudah tidak ada, kemungkinan sudah habis karena dipakai dari kelas 1 sampai kelas enam,” tandasnya.
(HardinanSangkoy)