BITUNG—Usaha Walikota Bitung, Hanny Sondakh dan sejumlah perwakilan masyarakat Kota Bitung ke pusat untuk memperjuangkan minyak tanah (MT) bersubsidi, rupanya tidak didukung oleh sejumlah pangkalan. Buktinya, ada salah satu pangkalan di wilayah Madidir Unet lingkungan Satu menolak untuk menjual atau menyalurkan MT kepada warga. Padahal puluhan warga sudah mulai membuat antrian jerigen ukuran 5 liter semenjak pagi, namun pemilik pangkalan tetap menolak.
“Ini pangkalan bukan untuk menyalurkan MT kepada masyarakat, tapu khusus untuk industry kecil. Jadi kami tidak mau menjual,” kata pengelola pangkalan, Alex Sumanti, Rabu (23/11).
Sumanti sendiri bersikukuh, jika jatah 1 drum MT yang didapatkannya tidak akan disalurkan. Kendati masyarakat sudah mulai meneriaki bahkan memaksanya untuk segera menyalurkan MT.
“Nanti jika saya salurkan kepada rumah tangga, lalu industry kecil mau pakai apa,” katanya.
Akibatnya, suasana memanas karena warga yang didominasi ibu rumah tangga mengancam akan menumpahkan MT jika tidak disalurkan. Karena menurut mereka saat ini tidak tahu harus mencari kemana MT, sebab sejumlah pangkalan diwilayah tersebut mengaku kekosongan pasokan.
Mendengar informasi tersebut, Lurah Wangiurer Unet, Richard Umboh langsung mendatangi lokasi untuk menengahi. Dimana Umboh meminta Sumanti memperlihatkan ijin pangkalan, apakah peruntukan MT yang diterima memang untuk industry kecil atau kepada masyarakat.
Namun sayangnya permintaan Umboh ini ditolak oleh Sumanti, dengan alasan ijin pangkalan tidak diperbolehkan untuk dilihat. Mengingat yang memiliki pangkalan tersebut adalah saudara kandungnya yakni Deti Gala yang berdomisili di Jakarta dan dirinya hanya sebagai pengelola saja.
Umbohpun meminta untuk berbicara dengan Gala lewat terlepon secara langsung. Tapi tetap saja Gala menolak untuk memberikan ijin kepada Sumati untuk memperlihatkan ijin, dengan alasan jika Umboh ingin melihat ijin tersebut harus membayar terlebih dahulu.
“Ini benar-benar gila. Saya cuma mau memastikan apakah ijin tersebut benar untuk industry atau apa. Dan jika memang untuk industry saya dapat menjelaskan kepada masyarakat agar mereka paham, apalagi pangkalan tidak memiliki papan nama seperti pangkalan lain,” kata Umboh dengan nada kesal.
Upaya Umboh untuk meyakinkan Sumanti tetap saja tidak membuahkan hasil. Kendati ia sudah mencoba menjelaskan, bahkan dengan nada sedikit emosi, namun Sumanti tetap saja menolak memperlihatkan ijin pangkalan.
Merasa sia-sia, Umbohpun memutuskan untuk mencari data di Bagian Perekonomian Kota Bitung. Dan ternyata pangkalan yang dikelola Sumanti tersebut benar diperuntukkan bagi industry kecil. Dimana ada 10 industry kecil yang tercatat mendapatkan MT di pangkalan tersebut.
“Namun saya mengambil kebijakan agar permintaan masyarakat untuk mengambil MT di pangkalan tersebut tetap dilayani. Tapi sebelumnya ada MT yang disimpan untuk industry kecil sebesar 50 liter dan sisanya diberikan kepada masyarakat,” jelas Umboh.(en)
BITUNG—Usaha Walikota Bitung, Hanny Sondakh dan sejumlah perwakilan masyarakat Kota Bitung ke pusat untuk memperjuangkan minyak tanah (MT) bersubsidi, rupanya tidak didukung oleh sejumlah pangkalan. Buktinya, ada salah satu pangkalan di wilayah Madidir Unet lingkungan Satu menolak untuk menjual atau menyalurkan MT kepada warga. Padahal puluhan warga sudah mulai membuat antrian jerigen ukuran 5 liter semenjak pagi, namun pemilik pangkalan tetap menolak.
“Ini pangkalan bukan untuk menyalurkan MT kepada masyarakat, tapu khusus untuk industry kecil. Jadi kami tidak mau menjual,” kata pengelola pangkalan, Alex Sumanti, Rabu (23/11).
Sumanti sendiri bersikukuh, jika jatah 1 drum MT yang didapatkannya tidak akan disalurkan. Kendati masyarakat sudah mulai meneriaki bahkan memaksanya untuk segera menyalurkan MT.
“Nanti jika saya salurkan kepada rumah tangga, lalu industry kecil mau pakai apa,” katanya.
Akibatnya, suasana memanas karena warga yang didominasi ibu rumah tangga mengancam akan menumpahkan MT jika tidak disalurkan. Karena menurut mereka saat ini tidak tahu harus mencari kemana MT, sebab sejumlah pangkalan diwilayah tersebut mengaku kekosongan pasokan.
Mendengar informasi tersebut, Lurah Wangiurer Unet, Richard Umboh langsung mendatangi lokasi untuk menengahi. Dimana Umboh meminta Sumanti memperlihatkan ijin pangkalan, apakah peruntukan MT yang diterima memang untuk industry kecil atau kepada masyarakat.
Namun sayangnya permintaan Umboh ini ditolak oleh Sumanti, dengan alasan ijin pangkalan tidak diperbolehkan untuk dilihat. Mengingat yang memiliki pangkalan tersebut adalah saudara kandungnya yakni Deti Gala yang berdomisili di Jakarta dan dirinya hanya sebagai pengelola saja.
Umbohpun meminta untuk berbicara dengan Gala lewat terlepon secara langsung. Tapi tetap saja Gala menolak untuk memberikan ijin kepada Sumati untuk memperlihatkan ijin, dengan alasan jika Umboh ingin melihat ijin tersebut harus membayar terlebih dahulu.
“Ini benar-benar gila. Saya cuma mau memastikan apakah ijin tersebut benar untuk industry atau apa. Dan jika memang untuk industry saya dapat menjelaskan kepada masyarakat agar mereka paham, apalagi pangkalan tidak memiliki papan nama seperti pangkalan lain,” kata Umboh dengan nada kesal.
Upaya Umboh untuk meyakinkan Sumanti tetap saja tidak membuahkan hasil. Kendati ia sudah mencoba menjelaskan, bahkan dengan nada sedikit emosi, namun Sumanti tetap saja menolak memperlihatkan ijin pangkalan.
Merasa sia-sia, Umbohpun memutuskan untuk mencari data di Bagian Perekonomian Kota Bitung. Dan ternyata pangkalan yang dikelola Sumanti tersebut benar diperuntukkan bagi industry kecil. Dimana ada 10 industry kecil yang tercatat mendapatkan MT di pangkalan tersebut.
“Namun saya mengambil kebijakan agar permintaan masyarakat untuk mengambil MT di pangkalan tersebut tetap dilayani. Tapi sebelumnya ada MT yang disimpan untuk industry kecil sebesar 50 liter dan sisanya diberikan kepada masyarakat,” jelas Umboh.(en)