Tondano, BeritaManado.com – Pada April 2025 mendatang, momentum Konferensi Asia Afrika yang digelar di Gedung Merdeka Kota bandung 18-24 April 1955 akan genap berusia 70 tahun.
Adapun digelarnya Konferensi Asia Afrika itu tak lepas dari peran Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno dengan misi menghadirkan perdamaian dunia.
Konferensi tersebut dihadiri oleh pemimpin 29 negara dari kawasan Asia dan Afrika dan merupakan tinda lanjut dari Konferensi Kolombo 28 April 1954.
Konferensi Asia Afrika tercetus ditengah perang dingin yang melibatkan Amerika dan Uni Soviet, sehingga untuk meredam situasi tersebut, mucul gagasan untuk mengupayakan perdamaian dunia.
Disinilah Indonesia memposisikan diri sebagai negara non blok, dimana konferensi terebut dilaksanakan setelah Perang Dunia II usai.
Dalam konteks kekinian, situasi di timur tengah pun kini sedang berada dalam bayang-bayang peperangan.
Sebut saja Ukraina dan Rusia serta Israel dan sejumlah negara seperti Palestina dan Iran yang saat ini terus berlangsung.
Pada bagian lain, Prabowo Subianto yang akan dilantik pada akhir Oktober ini diyakini akan melakukan terobosan dalam politik luar megeri untuk mengupayakan perdamaian diantara bangsa-bangsa, terutama mereka yang sedang terlibat perang atau yang berpotensi perang.
Dikatakan Anggota DPRD Kabupaten Minahasa dari Partai Gerindra Daniel Pangemanan, momentum tersebut sangat tepat jika dilakukan ‘reuni’ untuk negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika.
“Tentunya bukan hanya sekedar temu kangen, namun dapat melahirkan keputusan penting untuk mewujudkan perdamaian dunia, khususnya yang sedang dalam keadaan perang maupun yang berpotensi perang,” kata Daniel Pangemanan.
Ditambahkannya, bahwa Prabowo Subianto memiliki kemampuan diplomasi internasional yang baik yang dapat diimplementasikan untuk mengupayakan perdamaian dunia.
Terkait momentum peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika tersebut, menurut Daniel Pangemanan bukan tidak mungkin akan ketambahan negara peserta, sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia sangat serius untuk mengkampanyekan perdamaian.
“Jika peserta yang datang bertambah, maka agenda besar tersebut akan semakin menegaskan bahwa perdamaian itu sangat penting untuk terus diperjuangkan bersama daripada adu kekuatan militer,” ujar Pangemanan.
Adapun tujuan Konferensi Asia Afrika pada waktu itu adalah untuk memajukan kerjasama antar bangsa di bidang ekonomi, sosial, budaya, mencari penyelesaian permasalahan kedaulatan serta memperkuat kedudukan Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
Konferensi tersebut mengahasilkan sebuah dokumen penting yang dinamakan Dasasila Bandung atau ‘The Ten Principles’ yang meliputi pronsip-prinsip hak asasi manusia, kedaulatan bangsa dan perdamaian dunia.
Konferensi tersebut pada akhirnya membawa nama Indonesia dikenal di dunia internasional, khususnya Asia dan Afrika.
Dasasila Bandung juga berdampak pada perubahan struktur badan internasional seperti PBB dan memicu munculnya semangat solidaritas di antara negara-negara Asia dan Afrika.
(Frangki Wullur)