Manado, BeritaManado.com – Mungkin salah satu film terlama yang dibuat di Indonesia adalah film Mariara.
Dimulai dari persiapan atau praproduksi dari tahun 2018, hingga proses syuting yang dilakukan pada tahun 2019, produksi film ini mengalami kemacetan.
Producer Film Merdy Rumintjap kepada awak media mengatakan bahwa penyebab mandeknya produski film ini dikarenakan banyak kendala, yakni medan lokasi syuting yang terlalu berat hingga kendala covid-19 yang terjadi di tahun 2020, membuat film ini sempat terhenti begitu lama.
“Meski ada banyak sekali halangan, tekad kami sangat kuat untuk membuat karya dan memperkaya khasanah perfilman nasional dari Sulawesi Utara,”tutur Merdy.
Setelah covid-19 lewat, masalahnya ada sejumlah pemain yang sudah lebih dahulu dipanggil Yang Maha Kuasa, sehingga harus dilakukan sejumlah penyesuaian agar film ini bisa dilanjutkan.
Dirinya juga tidak menampik adanya kendala-kendala yang sifatnya mistis, karena kata Mariara ini seharusnya tidak dibicarakan di tempat umum.
“Memang setiap kali kami ingin menuntaskan film ini, selalu ada saja kendala yang datang. Seperti ada pemain yang tidak mau lagi melanjutkan syuting padahal scenenya sudah banyak yang ditake. Bahkan ketika di post production, sering sekali terjadi file error tanpa sebab yang masuk akal,”kata Merdy lulusan pasca sarjana UI ini.
Dengan doa dan dukungan dari masyarakat Sulawesi Utara dan seluruh masyarakat di manapun, Film besutan sutradara Veldy Reynold dan alm Jeffrey Luntungan, bisa tuntas diproduksi dan bisa diterima oleh XXI dengan baik sehingga bisa mendapat kesempatan untuk tayang tahun ini, meski kompetisi di XXI sangat ketat.
“Kami patut memberikan apresiasi besar kepada XXI yang sudah melihat secara obyektif film ini, yang meskipun diproduksi oleh anak-anak daerah dengan kotent materi kearifan lokal, namun XXI sangat terbuka dan obyektif memberikan ruang untuk berkembanganya perfilman nasional dari daerah,”imbuhnya.
Film Mariara ini adalah film dengan genre horror thriller yang mengambil latar belakang budaya Minahasa yang sarat dengan kekristenan.
Tentu, film ini menawarkan alternatif tontonan yang berbeda dari biasanya karena meski disajikan dengan menggunakan bahasa melayu Manado tentu dengan subtitle bahasa Indonesia, film Mariara digarap cukup apik dengan tempo yang cukup cepat dengan durasi kurang lebih 1 jam, 37 menit.
Dari sisi ceritanya, menurut sutradara, Veldy Reynold, Film Mariara digarap dengan menggunakan struktur cerita multiplot.
Sehingga film ini memancing logika berpikir dari penonton, meski penyajiannya cukup sederhana dengan perpindahan scenen yang cepat.
Sinopsis Film ini bercerita tentang praktek ilmu hitam di salah satu kampung di tanah Minahasa yang ternyata berada dibalik pelayanan gereja.
(***/Jhonli Kaletuang)