Manado, BeritaManado.com – Tahun 2022, masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) diresahkan dengan sejumlah kasus tindak kekerasan, penganiayaan dan pembunuhan.
Namun, kasus tak kalah genting lainnya adalah peristiwa gangguan mental seseorang yang memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri.
Tercatat sepanjang bulan Mei-September 2022 sudah terjadi 5 kasus gantung diri di Sulut.
Kasus pertama terjadi pada Kamis (5/5/2022), dimana seorang pria berinisial Y (22) warga Kota Manado, mengakhiri hidupnya setelah beberapa kali melakukan percobaan namun gagal.
Kasus kedua, dialami pria berinisial D (37), warga Kabupaten Minahasa yang ditemukan meregang nyawa pada Selasa (26/7/2022).
Hampir sebulan kemudian, tepatnya Selasa (23/8/2022), peristiwa gantung diri yang ketiga pun terjadi.
Seorang wanita inisial R (19), mahasiswa asal Kabupaten Minahasa Selatan juga mengakhiri hidup.
Sayangnya, sehari setelah itu, pada Rabu (24/8/2022), peristiwa keempat terjadi.
Kali ini dilakukan pria berinisial G, warga Kota Bitung, yang mana motifnya tidak diketahui.
Kasus kelima terjadi Sabtu (24/9/2022), dilakukan seorang pria inisial M (24), yang berdomisili di Pineleng, Minahasa.
Lima kasus yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara merupakan bagian dari maraknya kasus serupa yang terjadi di seluruh dunia.
Olehnya, momen Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 September, diharapkan perhatian dan kewaspadaan terhadap kasus bunuh diri semakin besar.
Dilansir dari Suara.com, jaringan BeritaManado.com, Psikolog Liza Japrie, menjelaskan, keinginan bunuh diri bisa dirasakan siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa dan lansia.
Setidaknya, ada 4 penyebab seseorang memiliki keinginan bunuh diri, seperti tingkat stres yang tak terbendung, merasa putus asa dan sia-sia, tidak punya sosial support yang baik, serta tingginya tingkat individualistik sehingga ia sulit menceritakan masalah kepada orang lain.
Dibutuhkan peran besar semua pihak untuk sama-sama mencegah perilaku bunuh diri.
Dimulai dari diri sendiri untuk menghindari hal-hal yang dapat membuat depresi, dan atau berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan perawatan mental.
Selain itu menyadari peran kunci pemimpin agama dalam mencari solusi komprehensif bagi masalah kesehatan jiwa, juga peran lingkungan dan keluarga untuk mendampingi orang dengan masalah kesehatan jiwa.
(Finda Muhtar)