Manado – Dalam Focus Groups Discussion (FGD) yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado bersama sejumlah pimpinan media cetak lokal Sulut yang menghadirkan beberapa pembicara yakni Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (Dispertam) Julises Oehlers dan Pemimpin Redaksi SKH Komentar Friko Poli, terungkap sebuah hal yang mengejutkan.
Pasalnya di sela-sela FGD yang bertemakan “Managemen Pengelolaan Sampah dan Upata Meningkatkan Kesadatan Masyarakat”, Oehlers mengatakan bahwa Kota Manado masuk peringkat kedua dunia pembuang sampah plastik, berdasarkan hasil pengamatan dan kajian yang dilakukan salah satu LSM internasional.
“Parameter yang digunakan mereka dalam menentukan Manado penghasil sampah plastik terbesar kedua memang belum diketahui. Tapi mereka mengkliping berita-berita dan foto-foto koran dan dipamerkan di sebuah lokasi pameran di Amerika Serikat,” ungkap Oehlers.
Ia pun mengakui bahwa, saat ini Pemerintah Kota Manado sudah menggunakan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dimulai dari tingkat rumah tangga lewat proses kumpul, pilah dan olah, dengan tujuan agar sampah yang masih ada nilai guna di olah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.
“Ini dilakukan agar sampah yang masuk ke TPA Sumompo sudah tak memiliki ekonomi,” ujarnya.
Upaya ini pun ditegaskan Oehlers, diprotes para pengumpul barang bekas yang tinggal di sekitar TPA, karena mereka tak lagi mendapat sampah yang masih memiliki nilai ekonomi.
Lebih lanjut Oehlers mengatakan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga sangat penting karena saat ini sudah tak mungkin lagi menambah luas TPA karena sudah banyak lahan yang berubah menjadi perumahan. Apalagi saat ini ketersediaan armada dumptruck hanya ada 54 unit dari yang idealnya berjumlah 80-90 unit.
“TPA di Manado sudah overcapacity sehingga perlu penerapan reuse, reduce and recycle,” katanya.
Sementara Friko Poli memberi contoh dengan berkaca pada negara jiran Singapura yang dianggap sukses membangun kesadaran bagi warganya agar tak sembarang membuang sampah.
“Caranya lewat penegakan sanksi yang tegas. Dan ini sebenarnya bisa diterapkan di Manado karena sudah ada Perda yang melarang membuang sampah sembarang,” imbau Poli. (***/LeKa)
Manado – Dalam Focus Groups Discussion (FGD) yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado bersama sejumlah pimpinan media cetak lokal Sulut yang menghadirkan beberapa pembicara yakni Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (Dispertam) Julises Oehlers dan Pemimpin Redaksi SKH Komentar Friko Poli, terungkap sebuah hal yang mengejutkan.
Pasalnya di sela-sela FGD yang bertemakan “Managemen Pengelolaan Sampah dan Upata Meningkatkan Kesadatan Masyarakat”, Oehlers mengatakan bahwa Kota Manado masuk peringkat kedua dunia pembuang sampah plastik, berdasarkan hasil pengamatan dan kajian yang dilakukan salah satu LSM internasional.
“Parameter yang digunakan mereka dalam menentukan Manado penghasil sampah plastik terbesar kedua memang belum diketahui. Tapi mereka mengkliping berita-berita dan foto-foto koran dan dipamerkan di sebuah lokasi pameran di Amerika Serikat,” ungkap Oehlers.
Ia pun mengakui bahwa, saat ini Pemerintah Kota Manado sudah menggunakan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dimulai dari tingkat rumah tangga lewat proses kumpul, pilah dan olah, dengan tujuan agar sampah yang masih ada nilai guna di olah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.
“Ini dilakukan agar sampah yang masuk ke TPA Sumompo sudah tak memiliki ekonomi,” ujarnya.
Upaya ini pun ditegaskan Oehlers, diprotes para pengumpul barang bekas yang tinggal di sekitar TPA, karena mereka tak lagi mendapat sampah yang masih memiliki nilai ekonomi.
Lebih lanjut Oehlers mengatakan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga sangat penting karena saat ini sudah tak mungkin lagi menambah luas TPA karena sudah banyak lahan yang berubah menjadi perumahan. Apalagi saat ini ketersediaan armada dumptruck hanya ada 54 unit dari yang idealnya berjumlah 80-90 unit.
“TPA di Manado sudah overcapacity sehingga perlu penerapan reuse, reduce and recycle,” katanya.
Sementara Friko Poli memberi contoh dengan berkaca pada negara jiran Singapura yang dianggap sukses membangun kesadaran bagi warganya agar tak sembarang membuang sampah.
“Caranya lewat penegakan sanksi yang tegas. Dan ini sebenarnya bisa diterapkan di Manado karena sudah ada Perda yang melarang membuang sampah sembarang,” imbau Poli. (***/LeKa)